KETIKA aku mulai berangkat pada kesengsaraan, bersama itu pula di kampungku berkumandang orkestra nyanyian alam sudah menyelubungi segenap penduduknya. Dan menyapa mereka satu per satu di pintu, jendela dan pagarnya. Setiap nyanyian menginginkan senyuman pada wajah-wajah yang ditujunya, namun ketika itu di jiwaku adalah tangis yang tersentuh oleh nafas-nafas iramanya.
KEMBALI KE ARTIKEL