Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Hilang Nurani - Bagian 8

12 Desember 2018   15:48 Diperbarui: 12 Desember 2018   16:07 92 2
Hingga menjelang siang, Kanaya mengintip ruang tamu kost Athen yang sudah sepi. Tetapi ada suara keras seorang Ibu paruh baya yang berbicara dengan Athen. Ternyata itu Ibu kost yang menagih uang kost Athen, dua bulan masih menunggak.

"Bulan lalu Athen minta uang pembayaran kost ke aku. Ternyata nggak dibayarkan. Untuk apa sih sebenarnya uang itu? Makan malam, sering sama aku. Sarapan, Bela yang bawa. Menurut keterangan Bety sih, itu. Bensin, aku yang isi. Ah, dasar lelaki tak terhormat," kata Kanaya dalam hati. Kali ini hanya benci dan dendam yang dirasa. Cinta yang begitu mendalam dapat sirna dalam waktu sekejap, bagus!

Athen lalu masuk ke kamar kost, sedangkan Kanaya berpura-pura asyik main HP.

"Kan, Ibu kost! Nagih lagi. Kalau nggak secepatnya bayar, bisa diusir nih aku. Skripsi juga belum kelar," kata Athen kembali memelas.

Kanaya menatap muka Athen sekejap. Bukan tatapan benci, tetapi tatapan seperti biasa saat Kanaya dilanda asmara.

"Tolong antar aku pulang ke kost," pinta Kanaya kemudian.

Athen menuruti permintaan Kanaya, berharap Kanaya akan memberikan uang untuk membayar tunggakan kostnya.

Kost Kanaya sepi, tidak ada seorang pun. Sepertinya mereka sedang berlibur dengan pasangannya atau jalan-jalan dengan sahabatnya.

"Kan, kost aku nunggak dua bulan," kata Athen membuka pembicaraan saat sampai di kost Kanaya.

"Bukannya bulan lalu kamu minta uang kepadaku untuk membayar kost? Lalu untuk apa uang itu?" Tanya Kanaya dengan santai, tanpa menunjukkan kebencian yang dirasa.

"Buat Ibuku, Bapakku sakit parah dan dirawat sampai meninggal dunia," jawab Athen singkat dengan nada memelas.

"Oh begitu! Katanya Abangmu kaya raya? Apakah tidak membantu keuangan orang tuamu? Dan Bapakmu juga PNS golongan atas, apakah tidak mendapatkan gaji selama Beliau sakit? Lalu, bagaimana dengan Bela yang sudah kamu kuras tabungannya? Begitu pula dengan aku, yang mengeluarkan uang hampir tiga juta rupiah perbulan untukmu selam lima bulan berlalu?" Lanjut Kanaya dengan panjang lebar tetapi tetap tenang.

"Kamu apa-apaan sih, Kan! Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Nanti kalau aku sudah bekerja, aku yang akan menanggung semua biaya hidupmu?"

"Menanggung biaya hidupku? Dengan uang haram yang kamu peroleh? Maaf ya, saya tidak sudi!" Kata Kanaya selanjutnya tetap dengan santai dan tegar.

"Kamu ngomong apa sih, sayang?"

"Belum jelas, apa yang aku katakan? Aku rela memeras orang tuaku demi kamu. Hati nurani ku sudah hilang untuk orang tua dan adik-adikku hanya demi kamu. Tetapi, ternyata kamu bukan lelaki terhormat. Bahkan tidak lebih terhormat daripada binatang!" Lanjut Kanaya dengan nada tenang, tegar dan penuh ketegasan.

"Oh, begitu! Jadi kamu juga sudah tahu siapa aku? Tapi sudah, sampai di sini saja hubungan kita. Kita putus. Dan terimakasih, kamu sudah banyak bantu aku. Terutama dalam hal keuangan!" Athen pun sudah tidak sabar dengan Kanaya, tidak mampu lagi meluluhkan hati Kanaya. Dan kini akhirnya menyerah. Seperti halnya menyerah untuk meluluhkan hati Bela kembali.

Tragis sekali Athen dua hari ini, baru kemarin diputuskan Bela dan hari ini putus hubungan dengan Kanaya. Dua perempuan sumber keuangannya kini menjauh. Dan Athen pasti harus memutar otak untuk mendapatkan mangsa selanjutnya. Bisakah kira-kira? Masih menjadi misteri tentunya.

Selepas Athen pergi dari kost Kanaya, Betty pun datang tanpa diundang. Mengantarkan makanan kiriman orang tua Betty dari Lampung. Begitulah Betty, sahabat sejati yang tidak putus asa walaupun Kanaya tidak mendengarkannya lagi.

Sambil bersantai, mereka pun makan bersama sekaligus Kanaya bercerita mengenai Athen. Bercerita sedetail-detailnya.

"Serius kamu begitu, Kan?" Tanya Betty setengah tidak percaya.

"Iya, serius! Ini tolong BPKB dan USB kamu yang simpan. Aku tahu ini tidak baik. Tapi aku akan membalas Athen lebih pedih. Aku sudah mengorbankan orang tua dan adik-adikku," lanjut Kanaya.

"Balasnya setimpal saja, Kan!" Kata Betty tidak percaya dengan tindakan Kanaya yang begitu sadis.

Tidak terasa fajar pun mulai menyingsing. Betty segera pamit pulang dan masih heran dengan Kanaya yang manis tetapi bisa berhati sadis. Betty berharap Kanaya akan baik-baik saja dan tidak kelewatan berbuat hal negatif yang bisa membahayakan Kanaya.

"Apakah Kanaya psikopat? Ah, mungkin ini karena terlalu tersakiti saja," jata Betty dalam hati karena masih begitu tidak percaya dengan sikap Kanaya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun