Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Semangat Mahasiswa Menyambut Bulan Puasa

30 April 2021   21:12 Diperbarui: 30 April 2021   21:28 140 12


Alkisah redaksi majalah kampus berencana mengeluarkan edisi khusus mengenai bulan puasa. Dalam rapat redaksi diputuskan salah satu kolom adalah wawancara mahasiswa berprestasi mengenai bulan puasa. Setelah berembug akhirnya diputuskan untuk mewawancarai Del.

Del tergolong mapala, bukan mahasiswa pecinta alam, tetapi mahasiswa paling lama. Apa sih prestasi Del? Paling lama mbaurekso di kantor himpunan. Nama aslinya Sadeli. Cuma kemudian dipanggil Del. Gara-gara setiap menjelang yudisium namanya selalu ke-delete.

"Bagaimana perasaan Bang Del setiap kali menjelang bulan puasa?, tanya reporter majalah kampus.

"Saya merasa sangat bergembira sekali akan bertemu lagi dengan bulan puasa", ucap Del penuh takzim bagaikan ustad seleb yang lagi syuting di tv.

"Saat bulan puasa, saya bisa bersilaturahmi dari mesjid ke mesjid. Bukankah silaturahmi itu akan melapangkan rizki?", jawab Del sambil memainkan pulpen inventaris himpunan di tangan bagaikan sedang berzikir.

Rizki yang dimaksud Del adalah menu spesial buka puasa. Tentu saja Del sebelumnya sudah melakukan "operasi intelejen", bahwa pada hari-hari tertentu di suatu mesjid ada menu unggulan untuk berbuka puasa. Nah, di hari itulah Del akan hadir untuk bersilaturahmi.

Kadang-kadang Del merasa bosan dengan buka puasa yang disediakan mesjid. Nah, itulah saatnya Del bersilaturahmi ke rumah rekan-rekannya. Tentu saja yang dipilih adalah rumah mereka yang warga lokal, masak mau numpang buka ke tempat sesama anak kost, lha statusnya sama-sama "penggembira" ..

"Nanti sore Gue ke rumah Loe ya? Mau pinjam buku sama fotocopy catatan", begitu modus klasik yang dipergunakan Del untuk berkunjung. Untuk hal ini Del sangat tepat waktu, lebih disiplin daripada saat masuk kuliah, minimal sejam sebelum waktu buka. Soalnya kalau datangnya lima menit sebelum waktu buka, kan kelihatan ngarep banget.

Selepas berbuka menikmati takjil yang disuguhkan oleh tuan rumah, menuju ke mesjid terdekat, atau kalau mesjidnya jauh numpang sholat di rumah teman tersebut. Setelah itu ya ngobrol-ngobrol lagi sampai lama. Keluarga temannya yang hendak lanjut makan besar merasa pekiwuh juga. Akhirnya Del juga ikut diajak makan besar. Ada sebuah prinsip yang dipegang ketat oleh Del, selama bulan puasa, satu rumah cukup sekali saja. Soalnya kalau diulang, ntar temannya sudah keburu melakukan "persiapan".

Alkisah suatu kali ketika Del numpang buka di rumah temannya, sebut saja Son, disuguhi kari ayam. Enak sekali. Wah pastilah nyonya rumah pintar memasak. Berhari-hari Del masih terbayang-bayang enaknya masakan tersebut. Belum seminggu Del sudah menjalankan "aksinya" lagi.

Saat datang, Del heran, rumah Son terlihat sepi. Tapi mereka berdua tetap lanjut mengobrol. Ketika saat berbuka tiba, Son bilang, "Maaf, ya Del, keluargaku baru pergi keluar semua." Del pun harus ikhlas berbuka hanya ditemani segelas sirup dan kurma.

Del kemudian teringat, dulu dia pernah sholat Maghrib di mesjid terdekat. Del pun buru-buru ke masjid berharap masih kebagian takjil. Sementara Son tidak ikut karena harus menunggu rumah. Sayangnya di mesjid sudah kehabisan takjil. Selesai sholat, Del kembali dengan gontai. Del celingukan, hidungnya mendengus-dengus, sambil menebak apakah Son menyiapkan hidangan buatnya. Setelah lama, Son keluar sambil membawa dua mie cup. "Maaf, ya, Del, adanya cuma ini, yuk kita makan di dalam."

Del tertunduk lesu. Tadi sahur pakai mie cup. Masak sekarang berbuka pakai mie cup juga. "Bro, aku bawa pulang saja ya, aku makan di kost nanti", meski merasa sedih Del dengan gesit menyambar kedua mie cup tersebut. Baru sebentar Del jalan keluar rumah, sebuah mobil masuk dan parkir di carport. Seorang wanita keluar dari dalam mobil, dan menyapa, "Kok buru-buru pulang, Del?" "Iya, Tante, mesti ngerjain tugas", kata Del beralasan.

Del melangkah dengan perut yang masih lapar dan hati yang pilu, "Gini amat ya, hidup di rantau, jauh dari keluarga". Del terbayang suasana berbuka di rumahnya, meski sederhana, tapi selalu meriah. Mata Del berkaca-kaca. Tiba-tiba seorang bocah kecil, adik Son, berlari menyusul. "Kak, ini kata Ibu buat dibawa pulang", kata bocah tersebut sambil mengulurkan sebuah tas kresek berisi bungkusan makanan. Del terkejut, dia berbalik, sambil matanya mencari-cari keberadaan Son. Sementara Son, mengintip dari balik jendela, sambil tertawa cekikikan. Puas rasanya bisa ngerjain Del. Agak kikuk Del menghapus air matanya, khawatir ketahuan nangis sama bocil.

Melakukan "safari keliling" ke mesjid-mesjid sudah, ke rumah teman-teman sudah, nah variasi tambahan untuk ""menu berbuka" adalah di "rumah sendiri" alias di kampus. Del sudah hapal kalau seminggu setelah awal puasa, sampai dengan seminggu sebelum lebaran, itulah rentang jadwal unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM), himpunan jurusan, dan bermacam komunitas di kampus, melaksanakan acara buka bersama. Bagaimana strategi Del? Ya, pokoknya asal ada satu orang mahasiswa saja yang Del kenal, Del bisa langsung SKSD dan membaur.

Siapa yang tidak kenal dengan Del? Lha wong Del adalah "penghuni tetap" di kampus, sering tidur di kantor himpunan saat menunggak uang kost. Para dedemit di kampus saja sudah tidak berminat lagi menghantui Del. Nggak ada tantangannya lagi.

Satpam kampus sampai bosan melihat muka Del. Yah, anggap saja dia ikut membantu menjaga keamanan. Para satpam kampus sering dibikin kaget, kalau mereka habis membeli gorengan, tiba-tiba saja Del nongol di pos satpam. Mau dikasih cabenya doang kok ya kasihan.

Pokoknya asal sistemnya prasmanan, Del bisa ikut "bergabung". Tapi kalau pas sistemnya kerdusan dan sudah distok persis dengan peserta yang ikut urunan, panitia terpaksa meminta maaf kepada Del, "Maaf, ya Bang Del, jumlahnya sudah pas nih ..." Lho kok malah panitia yang minta maaf sama "penumpang gelap" ...?

"Bagaimana perasaan Bang Del saat bulan puasa berakhir?", tanya reporter majalah kampus yang diam-diam mulai merasa khawatir bakal disuruh mentraktir ke kantin borju.

"Saat bulan puasa berakhir, saya merasa sangat sedih, kapan lagi bisa berjumpa dengan bulan yang sangat kita nanti-nantikan ini", lanjut Del sambil mengelus-elus perutnya yang mulai terasa lapar.

Untunglah masih ada hiburan buat Del selepas bulan puasa. Del sudah beberapa tahun telah terbiasa tidak mudik saat lebaran, mudik khusus Del adalah sebulan setelah lebaran. "Biar nggak kena tuslah", begitu Del mengungkap caranya berhemat. Orang tua Del juga sudah memakluminya, tidak bakalanlah men-delete Del dari Kartu Keluarga gara-gara tidak sungkem saat lebaran. Keuntungan lainnya tidak pulang saat lebaran adalah terbebas dari "daftar pertanyaan" yang menyebalkan.

Nah, saat hari-hari lebaran itulah kesempatan Del main ke rumah teman-temannya yang warga lokal dan tidak mudik ke luar kota. Ketupat, lontong, opor ayam, sambel goreng ati, sebutlah segala macam makanan khas lebaran masuk ke perut Del. Selama seminggu sehabis lebaran adalah sorga buat perut Del. Kalau biasanya Del cuma BAB sekali sehari, tapi saat musim lebaran bisa dua kali sehari.

Bulan puasa dan lebaran benar-benar penuh berkah bagi Del, anak rantau yang hidup pas-pasan. Selain menjalankan program UPGK (Usaha Peningkatan Gizi (anak) Kost), hasil dari penghematan uang makan cukuplah untuk mensubsidi tiket pulang. Maklum jadup, alias jaminan hidup yang dikasih ortunya sangat minim.

Selesai wawancara reporter tersebut pergi dengan hati bimbang. Hendak dilanjutkan ke meja redaksi nggak ya? "Ah ... artikel ini kayaknya di-cancel saja. Mending aku bikin liputan, tentang perilaku mahasiswa yang gemar jongkok sambil merokok di kloset duduk di toilet kampus ..."

WYATB GBU ASAP

*sebaiknya selesai dibaca sebelum imsak

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun