Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Akankah Pesawat Baling Baling Kian Berkurang di Angkasa?

15 Oktober 2023   18:05 Diperbarui: 17 Oktober 2023   10:57 271 21
Pesawat baling baling mulai dari dengan mesin piston hingga turboprop dengan berbagai jenis dan ukuran telah banyak mengukir sejarah dalam penerbangan militer dan sipil baik komersial maupun private.

Pada penerbangan sipil komersial, pesawat baling baling menggeser pillihan pelaku perjalanan lntas samudera atlantik utara dari moda transportasi laut ke udara, hal ini sangatlah wajar karena pesawat baling baling lah yang memulai penerbangan sipil komersial yaitu sejak tahun 1920.

Pesawat baling baling juga merubah berbagai peperangan dan pertempuran serta lebih khususnya lagi dalam Perang Dunia 1dan 2 dimana pesawat baling baling dapat membantu pihak militer pada medan pertempuran melalui berbagai misi mulai dari reconnaisance hingga pemboman ke instalasi yang krusial seperti depo persenjataan dan bahan bakar.

Usai Perang Dunia 2 para pabrikan pesawat mulai mengalihkan produksi pesawatnya untuk penerbangan sipil komersial seiring berkurangnya kebutuhan pesawat dari pihak militer dan sejak itu pula penerbangan sipil komersial mulai menggeliat.

Ketika itu pula lahirlah organisasi penerbangan sipil dunia yang kita kenal sekarang dengan International Civil Aviation Organization atau ICAO sebagai badan kepanjangan dari PBB untuk urusan penerbangan sipil dunia.

Dari semua itu maka dapat dikatakan pesawat baling baling lah yang mengawali dan meletakan dasar dan panduan penerbangan sipil di dunia, salah satu contohnya ada 60 minute rule yang awalnya diterapkan untuk pesawat baling baling yang harus tetap dapat terbang selama 60 menit ketika salah satu mesinnya mengalami gangguan/mati.

Aturan ini kemudian berlanjut ke pesawat dengan dua mesib jet yang kini dikenal dengan Extended Twin-Engine Operations Performance Standards (ETOPS) yang membuat pesawat tetap dapat terbang dengan hanya satu mesin terutama pada penerbangan lintas samudera.

Kemunculan mesin jet pada akhir tahun 1950 an yang kemudian melahirkan "Golden Era of Flying" di tahun 1960 an hingga 1970 menggeser popularitas pesawat baling baling dengan semakin jarangnya model baru diproduksi oleh para pabrikan, keadaan ini terus berlanjut hingga kini.

Saat ini dapat dikatakan bahwa semua maskapai terbesar tidak memiliki pesawat baling baling sama sekali dalam armadanya walaupun diantara mereka sebenarnya melayani penerbangan regional berjarak pendek yang bisa memanfaatkan pesawat baling baling.

Kita lebih sering melihat pesawat baling baling berupa pesawat kargo atau angkut militer dalam segala ukuran dan kapasitas kargonya mulai dari ringan, medium hingga berat.

Latarbelakang masih digunakan pesawat baling baling ini oleh pihak militer adalah kemampuan pesawat baling baling ini mendarat di landasan pacu pendek atau juga yang tidak keras permukaannya seperti tanah dan padang rumput.

Sedangkan pada aviasi sipil khususnya komersial baik berjadwal ataupun non berjadwal, pesawat baling baling yang banyak terlihat semakin kecil ukurannya dan hanya terbang melayani penerbangan pendek (dan super pendek) atau regional dan komuter serta jika di Indonesia melayani penerbangan pelosok alias perintis.

Kita bisa membandingkan pesawat ATR 42/72 ataupun Bombardier Q400 dengan pesawat Boeing 314 dan Lockheed Constellation yang dahulu melayani penerbangan lintas samudera atlantik utara dimana ukurannya jauh lebih besar dari pesawat besutan ATR dan Bombardier tersebut.

Apa yang menyebabkan pesawat baling baling mengalami perkembangan seperti disebutkan tersebut ?.

Padahal jika kita melihat  dari biaya pemeliharaannya, pesawat baling baling lebih murah biaya operasional dan pemeliharaannya serta lebih kecil memproduksi jejak emisi karbonnya dibandingkan pesawat jet.

Jawabannya sudah pasti adalah kapasitas baik kursi maipun kargo juga waktu tempuh yang dapat berimbas pada optimisasi dan utilisasi pesawat oleh para maskapai dalam satu periode berjalan.

Peningkatan drastis jumlah pengguna transportasi udara juga menjadi dasar dari usaha para maskapai dalam hal optimisasi dan utilisasi tersebut agar dapat memenuhi permintaan kursi dengan tetap memaksimalkan potensi pendapatan operasionalnya.

Dari sisi pelaku perjalanan baik bisnis maupun leisure,  kecepatan pesawat yang semakin meningkat dapat menyingkat waktu tempuh dan hal ini menjadi pilihan bagi para pelaku perjalanan agar dapat menyesuaikan dengan jadwal mereka berikutnya serta dengan kabin yang lebih luas dan nyaman.

Apakah faktor keselamatan ada kaitannya dengan pemilihan pesawat jet oleh maskapai?.

Pada dasarnya keselamatan dalam penerbangan tidak melihat dari sistem propulsi yang menggerakan pesawat tapi lebih kepada perawatan dan pemeliharaannya yang dilakukan oleh pihak operator pesawat itu sendiri, sehingga faktor keamanan sepertinya tidak ada kaitannya dengan hal ini.

Bagaimana dengan masa depan pesawat baling baling ?

Beberapa pelaku industri aviasi dan kedirgataraan telah melakukan pengembangan pesawat baling baling khususnya yang berbahan bakar non fosil baik berupa 100% berupa Sustainable Aviation Fuel (SAF) maupun yang bertenaga listrik, hanya saja sepertinya ukurannya masih seperti sekarang yang menandakan bahwa masa depan pesawat baling baling masih akan melayani penerbangan jarak pendek dan sedang.

Era pesswat baling baling di jalur penerbangan jarak jauh sepertinya memang sudah berakhir sejak kelahiran pesawat bermesin jet yang lebih dapat mengakomodir permintaan dan tuntutan dari pelaku perjalanan yang kian meningkat yaitu kapasitas dan kecepatan.

Namun entah bila masa depan juga menginginkan pesawat baling baling kembali di angkasa lintas benua dan samudera.

Salam Aviasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun