Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Memetik Hikmah Bulan Rajab

18 Februari 2021   11:09 Diperbarui: 19 Februari 2021   10:20 672 22
Kawan, saat ini kita sedang berada pada hari-hari awal dari Bulan Rajab. Dimana pada Bulan Rajab ini terdapat sebuah momentum atau peristiwa yang senantiasa kita peringati selaku umat Islam, yakni peristiwa isra` mi'raj Nabi Muhammad SAW.

Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah diperjalankan oleh Allah SWT pada waktu malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha. Yang kemudian, perjalanan dari Masjid Al-Aqsha itu berlanjut menuju Sidratul Muntaha.

Hal tersebut sebagaimana dijelaskan di dalam QS Al-Isra` ayat 1 yang terjemahnya adalah sebagai berikut:

"Mahasuci (Allah), Dzat yang telah memperjalankan hamba-Nya (yakni Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Adapun tujuan dari perjalanan Baginda Nabi Muhammad tersebut adalah untuk menerima perintah melaksanakan shalat fardhu lima waktu yang dikerjakan setiap sehari semalam. Shalat fardhu itulah yang kemudian menjadi kewajiban bagi seluruh ummat Islam yang beriman kepada Allah SWT.

Teman, dengan memperingati hadirnya Bulan Rajab sebagai momentum isra` mi'raj Nabi Muhammad SAW ini, kiranya kita akan memperoleh beberapa hikmah yang dapat kita petik di dalamnya.

Khususnya, berkait dengan keutamaan shalat itu sendiri bagi mereka yang melaksanakannya dengan penuh kesungguhan untuk mengharap ridha Allah SWT. Adapun diantara hikmah tersebut adalah:

Pertama, Shalat adalah pembentuk kedisiplinan bagi seorang hamba. Jika kita cermati, pelaksanaan ibadah shalat itu harus berdasarkan waktu dan tata cara yang telah ditentukan.

Dengan demikian, pelaksanaan shalat tidak dapat (haram) dikerjakan dengan semau sendiri. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS An-Nisa` ayat 103 yang terjemahnya sebagai berikut:

"Sesungguhnya shalat itu telah diwajibkan atas orang-orang yang beriman, yang telah ditentukan tiap-tiap waktunya."

Dengan melaksanakan shalat fardhu berdasarkan waktu-waktu dan tata cara yang telah ditentukan inilah, maka mereka yang telah melaksanakannya secara tidak langsung akan terlatih untuk mendisiplinkan diri mengerjakan apa saja secara benar, konsisten, dan istiqamah.

Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan shalat terdapat syarat-syarat, tata cara maupun waktu-waktu yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh siapa saja yang hendak mengerjakannya.

Dengan terbiasa mematuhi tata cara maupun waktu inilah maka secara tidak langsung orang yang melaksanakannya juga akan terlatih untuk memperhatikan tata cara maupun tenggat waktu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya.

Kedua, Shalat merupakan media untuk berdzikir kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS Thaha ayat 14 yang terjemahnya sebagai berikut:

"Sesungguhnya Aku ini Allah. Tiada Tuhan selain Aku. Oleh sebab itu, sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."

Jika kita perhatikan, isi bacaan di dalam shalat itu adalah muatan dzikir dan doa-doa yang diucapkan oleh siapa saja yang mengerjakannya. Maka tentu sudah sangat tepat, jika kemudian Allah menyebut shalat itu adalah diantara cara yang dapat digunakan oleh seorang hamba untuk dapat mengingat-Nya.

Kemudian, oleh karena seorang hamba telah terlatih untuk berdzikir (mengingat Allah) inilah, maka kelak ia juga diharap dapat membiasakannya ketika di luar shalat. Sehingga mereka akan terus selalu mengingat Allah kapan saja dan dimana saja. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam terjemah QS Al-Baqarah ayat 100 berikut:

"Maka, jika kalian telah rampung menunaikan ibadah-ibadah kalian (yakni shalat) maka hendaklah kalian mengingat Allah seperti kalian mengingat orang tua kalian atau lebih dari itu."

Dengan melaksanakan ibadah shalat yang diiringi dengan kebiasaan berdzikir, selalu mengingat Allah di luar melaksanakan shalat inilah diharapkan seseorang juga akan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Penjelasan ini sebagaimana diterangkan di dalam terjemah QS Al-'Ankabut ayat 45 berikut:

"Bacalah kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikankanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (di saat shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah Maha Mengetahui apa saja yang kalian kerjakan."

Ketiga, Amal perbuatan yang pertama kali dihisab oleh Allah ketika di akhirat kelak adalah shalat. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh abu Dawud (864), imam Turmudzi (413) dan imam Nasa'i (465), telah menjelaskan:

"Sesungguhnya perkara yang pertama kali akan dihisab pada perbuatan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Jika shalat seseorang itu baik, maka sungguh ia telah berhasil dan beruntung. Dan jika shalatnya itu buruk, maka sesungguhnya ia akan merasa menyesal dan merugi."

Dengan memperingati peristiwa isra` mi'raj Nabi Muhammad SAW dan merenungi beberapa hikmah shalat ini, hendaknya dapat menjadi muhasabah bagi kita untuk dapat semakin memperbaiki kualitas ibadah shalat maupun segala amal perbuatan kita, sebagai akibat dari latihan kita yang selalu berusaha berdzikir kepada Allah baik ketika di dalam shalat maupun ketika telah rampung menunaikannya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah dan ma'unayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi pribadi yang bertaqwa yang semakin diridhai oleh-Nya. Amin. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun