Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Transformasi Alami Perusahaan Tradisional Menjadi Berbasis Digital

2 Desember 2020   07:41 Diperbarui: 2 Desember 2020   15:36 204 19
Tulisan ini penulis susun untuk menggambarkan kembali isi dari sebuah jurnal penelitian yang disusun oleh Evangelia Siachou, Demetris Frontis dan Eleni Trichina.

Melalui penelitian yang berjudul Can Traditional Organizations Digitally Transformed by Themselves? The Moderating Role of Absortive Capacity and Strategic Interdependency tersebut mereka hendak memberi gambaran mengenai faktor apa saja yang kiranya akan menentukan perubahan perusahaan tradisional menjadi berbasis digital, dengan sendirinya.

Berdasarkan judul penelitian di atas sebenarnya sudah cukup memperlihatkan faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut yakni kemampuan perusahaan dalam menyerap (memahami dan menggunakan) teknologi; serta strategi yang dapat mereka bangun atas mitra usaha mereka, sehingga terjalin hubungan yang saling bergantung satu sama lain pada saat bertransaksi dengan menggunakan teknologi informasi ini.

Pada dasarnya, kondisi perusahaan tradisional dalam mencerap teknologi informasi ini tentu beragam, sehingga dalam hal ini perusahaan terlebih dahulu harus mampu mengenal kemampuan diri mereka sendiri, apakah keadaan mereka dalam mengadaptasikan diri atas perkembangan teknologi ini termasuk yang cepat ataukah sebaliknya.

Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan perusahaan lain maupun individu yang menjadi mitra atau konsumen mereka, apakah mereka juga berada pada kondisi yang siap untuk mengimbangi penggunaan teknologi tersebut pada saat bertransaksi nanti.

Dalam artikel tersebut peneliti telah menggunakan acuan sederhana untuk menentukan keadaan hubungan mereka ini, yakni melalui gambaran hubungan yang bersifat simetris dan asimetris. Dimana untuk selanjutnya dasar untuk menentukan kondisi hubungan yang simetris dan asimetris tersebut dapat digunakan beberapa indikator berikut:

Pertama, strategi pemasaran perusahaan berbasis digital yang telah digunakan.

Melalui indikator ini kiranya mulai dapat ditemukan apakah perusahaan tradisional tersebut masih sebatas menggunakan metode jadul atau telah memadukannya dengan konsep pemasaran berbasis digital yang telah ada.

Misalnya, dalam strategi pemasaran tersebut, apakah mereka masih menggunakan metode pemasaran dari pintu ke pintu (door to door marketing), pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) ataukah telah mengombinasikannya dengan konsep e-marketing.

Gambaran pengaplikasian konsep e-marketing pada perusahaan secara sederhana adalah penggunaan media sosial, marketplace, website pribadi perusahaan, maupun aplikasi digital yang mendukung transaksi usaha mereka.

Kedua, aktivitas bisnis (berbasis digital) yang mereka terapkan saat ini.

Indikator ini digunakan untuk menentukan sejauh mana perusahaan telah menggunakan media digital untuk transaksi mereka saat ini. Semakin tinggi intensitas media digital yang mereka gunakan untuk transaksi bisnis maka hal ini merupakan bagian dari indikasi bahwa perusahaan telah mampu menyerap fasilitas tersebut untuk operasional mereka.

Ketiga, konsep bisnis berbasis digital perusahaan dalam jangka panjang.

Bagi perusahaan tradisional yang telah menggunakan berbagai media digital tentu memiliki rencana tertentu untuk mengadaptasikannya dalam setiap operasi mereka, sehingga dalam hal ini mereka tentu memiliki konsep operasi berbasis digital dalam jangka panjang.

Dengan adanya konsep ini, perusahaan akan berkecenderungan untuk mengevaluasi sekaligus menyempurnakan konsep maupun pengimplementasiannya dari masa ke masa. Hal ini senantiasa mereka upayakan sebagai bagian dari strategi inovasi yang mereka terapkan sekaligus sebagai langkah untuk mengimbangi dan mempermudah pelayanan mereka terhadap pelanggan.

Keempat, Transformasi bisnis berbasis digital secara menyeluruh dalam jangka panjang.

Indikator terakhir ini berkaitan dengan konsep dan pengaplikasian teknologi informasi pada perusahaan dalam periode yang panjang. Dengan durasi pengoperasiannya yang telah mencapai masa lebih dari lima tahun ini akan semakin memperlihatkan bagaimana rekam jejak mereka saat beroperasi dengan fasilitas digital.

Harapannya, dalam kurun waktu yang panjang ini perusahaan tradisional telah mampu mengaplikasikan seluruh transaksi mereka dengan berbasis digital, mengingat para mitra maupun konsumen mereka juga telah beradaptasi sedemikian jauhnya atas teknologi informasi.

Dengan demikian, manakala mereka tidak mengaktualisasikan diri untuk mengimbangi perkembangan kecanggihan para mitra dan konsumen mereka, maka hal ini akan menjadikan pola komunikasi dan transaksi diantara mereka akan terasa tidak nyaman.

Oleh karena itu, mau tidak mau dalam masa yang panjang ini perusahaan harus mampu mengimbangi perkembangan mereka agar tidak semakin tertinggal. Sebab mereka sepatutnya juga mempertimbangkan bahwa ketertinggalan inilah yang akan berpotensi melahirkan hubungan bisnis yang asimetris sehingga akan berdampak terhadap eksistensi usaha mereka di masa mendatang.

Berdasarkan pembahasan kerangka pikir atas pembacaan jurnal tersebut kiranya dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, Perusahaan tradisional hendaknya dapat bertransformasi menjadi perusahaan berbasis digital dengan berbekal kemampuan alami mereka dalam menyerap (memahami dan menggunakan) teknologi informasi.

Kedua, Perusahaan tradisional hendaknya senantiasa mengaktualisasikan kemampuan diri terhadap perkembangan teknologi untuk mengimbangi perkembangan tren perilaku usaha yang ada.

Ketiga, perusahaan juga harus memperhatikan daya serap para mitra dan konsumen mereka terhadap teknologi informasi demi tetap menjaga hubungan yang simetris diantara mereka.

Demikianlah kiranya yang dapat penulis simpulkan dari hasil pembacaan jurnal yang masih menjabarkan tentang kerangka konseptual ini. Mengenai keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan, barangkali kita akan tahu sendiri nanti. (*)

Referensi: [1]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun