bulan pun cemburu, hingga pada satu musim
saat tak ada lagi pesta panen,
menggantung diri
menyisakan makna sebagai penghias langit
perempuan itu menikahi angin,
matahari pun cemburu,
membakar diri berlama-lama
menjadikan segala dedaunan rontok
mengeringkan semua sungai dan sumur
hingga deritanya memvirusi bumi yang kian keriput
perempuan itu menikahi angin
melahirkan badai, topan, dan beliung
ia pun bertanya-tanya
"apa salahku menikahi angin
yang bisa membelaiku hingga kalbuku tentram,
dan jiwaku terhijrahkan pada tempat paling didamba manusia"
Tak ada yang menjawab
sebab kisahnya bukan untuk diperdebatkan
sekadar untuk dikisahkan kembali
kepada mereka yang percaya
bahwa perempuan itu dulu dilahirkan oleh angin.
--------Tamsela,25 September 2013