Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Bandung 1955 (2) Cerita Pasca-Konferensi Asia-Afrika 18-24 April 1955, Hospitality Committee, Sabotase Kashmir Princess, Rencana Pengacauan terhadap Konferensi

2 Mei 2013   21:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:13 1094 0

Pada 24 April 1955 Konferensi Asia-Afrikaresmi ditutup.Semangat Bandung menjelma menjadi semangat Asia-Afrika.Di Kota Bandung sendiri pascakonferensi meninggalkan beberapa isu politik.Dalam Sidang Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Sementara (DPRDS) Kota Bandung, Senin 2 Mei 1955, sejumlahanggota parlemen mengajukan pertanyaan yang terpaksa dijawab secara tertutup. Di antaranyaadalah pertanyaan dari Hadidjah Salim, anggota parlemen perwakilan muslimat yang terkenal vokal.

Dalam sidang yang dihadiri 27 anggotaDPRDS Kota Bandung itu, Hadidjah Salim melontarkan pertanyaan yang bakal bergulir menjadi isu lokal yang cukup panas: Apakah benar ada “suguhan istimewa” untuk tetamu dari Asia-Afrika yang menjadi rahasia umum (Pikiran Rakjat, 3 Mei 1955).Yang memberikan suguhan kepada para tamuituialah apa yang disebut “Hospitality Committee”.

Selain menjadi perdebatan di DPRDS Kota Besar Bandung, Nonoman Sunda mengeluarkan pernyataan yang menuntut pertanggungjawabanHopsitality Committee soal adanya berita suguhan istimewa beberapa wanita cantik untuk sebagian peserta dari anggota delegasi yang mengunjungi konferensi Asia-Afrika.Mereka meminta kejelasan berita itu mengingat kejadian ini merendahkan derajat kaum wanita umumnya (Pikiran Rakjat, 4 Mei 1955).

Hospitality Committee disebutkan menawarkan karcisuntuk bisa datang ke rumahtertentudi kawasan Lembang dan Ciumbuleuit.Namun yang terjadi ada tamu yang dikabarkan datang keJalan Anggrek, Lengkong Kecil karena tidak ada yang tahu tempat yang disediakan. Kabar itu berasal dari tulisan yang ditempel di Hotel Preanger berbunyi “Special Wishes” yang tidak diketahui apa maksudnya.

Gubernur Jawa Barat,Sanusi Hardjadinata selaku ketua panitya setempat (lokal) membantah dan mengatakan tidak pernah ada hospitality committee seperti yang diberitakan.“Djika terdjadi betul sangat tertjela karena mentjemarkannama,” ujar Sanusi seperti dilansirPikiran Rakjat, 6 Mei 1955.Sanusi meminta pers mendapatkan berita secara bijaksana dan dapat membatasi diri khusus untuk kepentingan negara. 1

Perdebatan juga sampai ke parlemen pusat. Pemerintah akhirnya memberikan jawaban atas pertanyaan anggota DPR-RI M. Nur El Ibrahimytentang berita mengenai hospitality committee untuk peserta konferensi KAA.Dalam pernyataan tertulisnyayang dilansir Pikiran Rakjat 16 Mei 1955 bahwa pemeirntah pusat maupun secretariat bersama konferensi asia-Afrika tidak pernah mengambil inisiatif memutuskan atau menyetujui pembentukanhospitality committee.

Walikota BandungR.Enoch juga menyatakan di depan sidangDPRDS Kota Bandung, Rabu 11 Mei 1955 tidak tahu menahu soal suguhan istimewa itu.Perkara ini menjadi perdebatan apakah dibahas tertutup atau terbuka.Umar Suraatmadja (Masyumi) menginginkan perkara ini dibahas secara terbuka, namun Nogi Amir Hakim dari PNI minta dibahas tertutup. Dia menuding bahwa ramai-ramai mempersoalkan hal ini hanya untuk sensasional belaka bahkan tendensius untuk menjatuhkan pemerintahan (Pikiran Rakjat, 12 Mei 1955).Tampaknya politisi dari Masyumi paling vokal menyuarakan perkara ini, sementara politisi PNI ingin meredam karena bisa dijadikan amunisi dari oposisi untuk menjatuhkan kabinet Ali Sastroamidjojo.

Perkara hospitality committee ini makin melebar ketika muncul sebuah laporan beberapa wartawan yang ingin menggali lebih dalam soal hospitality committee inimendapatkan ancaman dari Pembantu Komisaris Besar Polisi Keresidenan Priangan, Mustofa Pane.Wartawan yang mendapatkan ancaman antara lain Ridwan Siregar dari Indonesia Raja dan Achdi Awi dari Sipatuhan, Bandung ketika mereka bertemu Mustafa Pane di rumahnya di Jalan Cipaganti pada 8 Mei 1955.Menurut wartawan, polisi tak ingin disebut dalam perkara itu.

Namun Mustafa Pane membantah memberikan ancaman kepada kedua wartawan itu, melainkan mempertanyakan Sabaruddin yang ikut bersama rombongan wartawan.Sabaruddin yang berprofesi sebagai Pegawai Phillips yang bertanya tentang adanya polisi yang menjaga Hotel Telagasari.Mustafa Pane balik menudingSabaruddin menuduh korps alat negara dan dia kurang pada tempatnya berkata seperti itu. Menurut Mustafa Pane polisi hanya menjada hotel atau rumah yang didiami anggota (Pikiran Rakjat, 13, 16, 17 Mei, 20 Mei 1955)

Isu Hospitality Committee menghilang pada akhir Mei 1955.Apalagi kemudian terungkap laporan razia yang dilakukan polisi kesusilaan di Bandungatas permintaan dan kerjsama dengan Jawatan sosial Bandung.Razia yang dilaksanakan sebelum Konferensi Asia-Afrikaditujukkan kepada perempuan yang dituding sebagai pelacur.Jadi sebenarnyapihak panitia penyelenggara justrumembuat antisipasi terhadap hal yang tak diinginkan.

Tanggal 8 April 1955 sebanyak 97 orang ditangkap, sebanyak 29 di antaranya pelacur dan sisanya gelandangan. Pada hari berikutnya 9 April 1955 sebanyak 33 perempuan ditangkap, hanya 9 pelacur.Pada 10 April 1955 sebanyak 35 perempuan ditangkap, di antaranya 30 pelacur. Puncak razia dilakukanpada 12April 1955 sebanyak 42 perempuan ditangkap, 17 di antaranya adalah pelacur. Sesudah Konferensi Asia-Afrikapolisi kesusilaan Bandung menangkap 10 perempuan lagi pada 5 Mei 1955 dan diajukan ke Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi hukuman 1,5 bulan penjara atas dasar Peraturan Kotapradja Bandung28 November 1931 (Pikiran Rakjat, 21 Mei 1955).

Selain cerita soal hospitality committee, pasca Konferensi Asia Afrika, publik juga digemparkan oleh hasil penyelidikan jatuhnya pesawat Kashmir Princess pesawat penerbangan India yang seharusnya membawaChou En-Lai, Perdana Menteri RRC pada 11 April 1955 di Laut Natuna. Pesawat ini membawa sebagian delegasi RRC ke konferensi itu, serta beberapa wartawan. Hanya 8 dari 18 penumpang dan awak yang ditemukan. Dari jumlah itu tiga selamat. Tim penyelamatan dari Indonesia dan India (Pikiran Rakjat, 3 Mei 1955, lihat juga Pikiran Rakjat, 12 April 1955).

Sebagian rangka pesawat yang diangkut ke Indonesia untuk diteliti. Pada Jum’at 27 mei 1955 panitya pemeriksaan kecelakaan pesawat yang melibatkan pihak Indonesia menyimpulkan bahwa pesawat itu jatuh karena sabotase. Menurut tim penyelidik terdapat alat peledak (bom waktu) yang ditempatkan di ruangan roda kanan yang menyebabkan tembus ke tangki bensin nomor 3 hingga terjadi kebakaran. Bukti ditemukan plat beserta barang-barang yang melengkung ke luar tempat ledakan.Lubang melengkung di dalam tangki bensin nomor 3.Tim Indonesia yang terlibat antara lain Ir. Sutomo, Dr. MS Kamminga, Kepala Operasional GIA dan wakil dari India dan Inggris (Pikiran Rakjat 28 Mei 1955).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun