Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Nocturno

12 Mei 2024   02:50 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:17 43 2
Malam mematut diri di peraduan sunyi. Dari jendela terbuka yang terpantul di cermin riasnya terlihat Matahari mewarnai larikan mega dengan saga. Ia enggan berpisah dengan Senja. Ah, kasihan. Tapi apa hendak dikata, Malam ada janji bertemu Rembulan.

Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan, mencoba mengusir Temaram, memberi arena dansa untuk rama-rama. Di bangku taman gelandangan tua menikmati makan malamnya sementara panggung terbuka di ujung utara mulai dikerumuni orang yang duduk di rerumputan. Mahagenta sedang memainkan Bulan Di Atas Asia gubahan Indra Lesmana. Solo alat musik tradisional silih berganti seakan memanggil-manggil Malam agar cepat memeluk Langit dengan sayap-sayap gelapnya.

Lelaki dalam balutan setelan eksekutif menggegas langkah menyusuri pedestrian lengang. Nada panggil berbunyi. Ia kerepotan menjepit koper kecil yang tadi dijinjing tangan kanannya di ketiak kiri yang telapaknya menggenggam seikat kembang.

"Hai, sayang.., iya, aku pasti datang. Sedikit lambat mungkin, maaf, ada meeting dengan klien tadi. Ya, tentu, nggak lupa kok. Sudah kupesan tapi aku harus ke ATM dulu di seberang taman. Aduh, sialan!" ujung sepatunya terantuk paving yang mencuat, "bukan, ah maaf, nanti kujelaskan. Sepuluh menit lagi, dah sayang..."

Jauh di ketinggian, bintang-bintang merajai pandang. Angin mati. Lagu terakhir usai dimainkan. Orang-orang sudah lama meninggalkan taman. Rembulan tak pernah datang. Hingga semburat jingga perlahan datang, Malam yang menunggu hanya berteman gelandangan tua. Tertidur lelap di bangku taman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun