Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa untuk Pergaulan

9 Juni 2021   08:36 Diperbarui: 9 Juni 2021   09:10 1411 6
Semakin banyak orang, semakin banyak pula sukacita (Hoe meer zielen, hoe meer vreugd).

Dalam pergaulan sehari-hari, seseorang harus memperhatikan di lingkungan mana dia berada, dengan siapa dia berinteraksi, dan menjaga budi pekerti dan tatakramanya. Ada peribahasa dalam beberapa bahasa untuk pergaulan yang bisa diaplikasikan.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Lebih dari 2.300 tahun yang lalu, peribahasa ini telah diucapkan oleh Zhuangzi sebagai berikut: Saya telah belajar dari Sang Guru: Ketika engkau pergi ke sebuah tempat yang asing, ikutilah adat istiadatnya.

Di Minangkabau: Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah. Orang Batak memiliki: Dalihan na Tolu sebagai filosofi atau wawasan sosial-budaya yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalam bahasa Karo: Rakut sitelu, kadang-kadang juga disebut daliken sitelu. Untuk penjelasannya, harap cari secara daring.

Jadi: Kalau pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang (Orang yang pandai menjaga diri tentu akan selamat dalam hidupnya).  

Dalam pergaulan dan komunikasi dengan orang yang lebih tua, kita telah dibekali dengan peribahasa Jawa: mikul dhuwur mendhem jero yang dimaknai sebagai: menghormati orang tua dan menjunjung tinggi nama baik orang tua, serta tidak menonjolkan segala kekurangan orang tua. Dalam pergaulan dan komunikasi pada umumnya, tepo seliro (tenggang rasa) sangat diperlukan agar jangan sampai menyinggung perasaan orang lain.

Dalam mengerjakan bersama sebuah pekerjaan, kita bisa berpedoman pada: Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Hasil kerja sama ini di dalam bahasa Mandarin ini disebut: you fu tong xiang, you nan tong dang (ada rezeki dibagi/dinikmati bersama, ada kesusahan ditanggung bersama).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun