Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Kepemimpinan dan Komunikasi yang Efektif

8 Juni 2021   03:33 Diperbarui: 8 Juni 2021   03:45 294 4
Karakteristik komunikasi yang efektif.

Artikel ini saya sari dari konten topik kepemimpinan kursus YA (the YES Course) Ivan Burnell yang pernah saya ikuti pada September s/d November 2001 di Portland, Maine, Amerika Serikat, yang lalu saya kembangkan sedikit dengan menyebutkan Kompasiana.

Setiap kali ada bisnis atau organisasi yang bermasalah, lihatlah kepemimpinan atau kurangnya kepemimpinan sebagai sumber masalahnya. Jika di tingkat yang lebih di bawahnya, Anda ingin memperbaiki masalah, lihatlah ke pekerja garis depan untuk mencari solusinya. Ingat, orang-orang yang paling dekat dengan masalah yang ada selalu paling tahu apa solusi yang terbaik.

Memimpin orang secara produktif tidak bisa dilakukan dengan komunikasi yang kacau, membingungkan, atau tak jelas. Oleh karena itu, keterampilan utama yang dibutuhkan adalah komunikasi yang efektif. Untuk berkomunikasi secara efektif dibutuhkan pemahaman tentang bagaimana komunikasi itu berfungsi, dan apa yang membuatnya tidak berfungsi.

Seseorang mungkin memiliki gagasan terhebat di dunia, tetapi jika orang itu tidak bisa menyampaikan gagasan tersebut dengan jelas kepada orang lain sehingga mereka memahaminya dan setuju dengan dia, lalu apa manfaat gagasan dia?

Sebelum terjadi kesepahaman dan kesepakatan, para bawahan tidak bisa melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Tapi dengan siapakah atasan mereka berkomunikasi? Jawaban terbaik untuk itu adalah: setiap orang, setiap saat, karena dari sanalah masalahnya berasal.

Seseorang begitu banyak dan sering berbicara sehingga dia berpikir bahwa dia sedang berkomunikasi. Belum tentu demikian!

Penting bagi setiap orang untuk berkomunikasi dengan pasangannya, atasannya, pelanggannya, karyawannya, pemasoknya, anak-anaknya, dan pelayan yang mengantarkan makanannya, dsb. Kontak ini adalah antara dia dengan tautan komunikasi lainnya.
Apa yang terjadi ketika hubungan komunikasi terputus dengan pasangan? dengan karyawan? dengan anak-anak? dengan pelanggan? dan orang-orang lain yang disebutkan di atas?

Sebuah contoh lain adalah hubungan komunikasi antara pembaca dengan penulis artikel di Kompasiana. Misalkan saya secara imajinatif menggunakan pengalaman seorang penulis, entah siapa pun dia, sebagai contoh. Penulis ini punya gagasan bagus yang ingin dia sampaikan kepada para pembacanya. Suatu ketika, entah kenapa, dia menuliskan sesuatu yang membuat pembaca tertentu marah, karena menggunakan kata-kata yang menurut si pembaca tidak pantas dan menyinggung perasaannya, atau memiliki sikap yang tidak bisa dihormatinya, sehingga pembaca itu pun akan kehilangan minatnya dan berhenti membaca.

Ini berarti si penulis telah memutuskan hubungan komunikasi. Apakah itu disengaja atau tidak disengaja tidak jadi masalah, si pembaca telah berhenti mendengarkan dan si penulis  tidak akan bisa lagi menyampaikan gagasannya kepada pembaca itu. Jika ini terjadi berulang-ulang, semakin banyaklah pembaca yang akan berhenti membaca artikel dia. Tegasnya, para pembaca tersebut kemudian tidak akan membaca apa pun artikel baru si penulis, bahkan bisa-bisa melaporkan dia ke admin Kompasiana.

Setiap komunikasi yang terputus, baik di antara orang dalam jumlah besar maupun kecil, merupakan hal yang menyakitkan dan menghabiskan waktu.

Cara terbaik untuk membuka matarantai komunikasi dengan orang lain adalah dengan menciptakan pertanyaan di benak orang tersebut untuk dijawab. Ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang Anda tahu akan dijawab oleh orang lain. Misalnya, Anda adalah seorang bos, tanyakanlah seorang karyawan, "Apakah kamu ingin tahu apa yang bisa kamu Anda lakukan untuk mendapatkan kenaikan gaji?"

Begitu pintu komunikasi di benak orang lain sudah terbuka, informasi itu harus segera dituju. Terlalu mudah untuk memutuskan hubungan komunikasi, yakni hanya dengan melanggar salah sebuah konsep universal tentang sifat manusia, dengan menyinggung atau bahkan menghina kecerdasan seseorang atau harga dirinya sebagai seorang individu.

Pada dasarnya, setiap orang tidak suka diberitahu bahwa dia salah. Telinga dan pikirannya akan segera tertutup sementara dia berjuang untuk mempertahankan posisinya dan mempertahankan gagasan atau tindakannya yang dia anggap sudah benar. Dia mungkin tidak selalu benar, tetapi dia selalu BERPIKIR bahwa dia  benar.

Jadi, jangan sekali-kali memberitahu siapa pun bahwa dia salah, karena pada dasarnya setiap orang tidak mau diperlakukan demikian. Sebaliknya, tanyakan mengapa dia benar. Kemudian buat diskusi yang membantu orang itu menemukan sudut pandang Anda. Ini adalah sebuah transisi sederhana dari tuduhan ke penerimaan. Dengan demikian Anda akan tetap membuka tautan komunikasi Anda dengan dia.

Menjadi pemimpin yang produktif tidaklah mudah, tetapi menyenangkan dan menantang, karena begitu Anda mempelajari prinsip-prinsipnya, Anda bisa mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut ke semua bidang kehidupan Anda. Lihat juga artikel saya:
Biarkanlah Kata "Salah" Hanya di dalam Kamus: Mengapa Ayam Menyeberangi Jalan? Versi 1.1.

Jonggol, 8 Juni 2021

Johan Japardi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun