Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Satu Tahun Bersama Ellen Maringka di Kompasiana

10 Desember 2013   19:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:05 765 63

Pastinya kalau saya “bergaul atau menggauli” kompasianer bernama Ellen Maringka > kesan yang nampak secara tidak kasat mata menandakan bahwa beliau ini tergolong orang enerjik-lincah, dinamis, berwawasan luas, intelektual, tak cengeng, responsif dan akomodatif, problem solver, tidak sering “sakit gigi” sehingga bisa barengan ngoplak dikit ngenthir diselingi cengengesan. Kadangkala out of topic namun sekadar menghibur.

Jelasnya, beliau yang mengaku berasal dari Manado dan secara sah sebagai isterinya Pak Benny tergolong perempuan yang tidak mau diem mulu. Sangat cocok untuk diajak berdiskusi, terutama melalui media sosial, dalam hal ini via medium internet/kompasiana.com

Lebih dari itu, sejak kehadiran beliau di Kompasiana seolah menambah angin segar sehingga proses “gaul-menggauli” atau dalam bahasa sono-nya bisa disebut sharing and connecting menjadi lebih hidup. Ini terbukti melalui tayangan artikel-artikelnya yang cukup mengundang banyak atensi > lantaran topiknya yang menyentuh kepentingan pembaca (proksimitas) sehingga punya daya magnetis, menggugah para pembaca yang budiman untuk menanggapi dalam lapak komentar.

Hal yang perlu dicatat sekaligus paling menyenangkan, bilamana mbak/tante/bu/mak/pok Ellen Maringka ini barusan memosting artikel/tulisan di Kompasiana > selalu stand-by untuk melihat perkembangannya. Tanggapan berupa komentar pembaca yang muncul langsung direspons balik (= konsisten, bertanggung jawab), kecuali beliau ada acara mendesak. Hal itu semakin menambah suasana gaul yang hangat, dinamis dan real-time. Akibatnya, so pasti mengundang banyak pembaca, bermunculan ragam komentar, gayung bersambut menghiasi lapaknya.

Selama satu tahun ngompasiana atau tepatnya sejak tercatat menjadi kompasianer per-tanggal 10 Desember 2012, beliau telah menulis sejumlah 270 artikel, 12.500-an berupa tanggapan. Di antara artikel tersebut tak sedikit nangkring di kolom highlight, trending articles, maupun headline. Ini sekaligus mengindikasikan bahwa perempuan ‘matang manggis’ (pinjam istilah Pakde Kartono) cukup produktif mengamalkan tulisan/artikel ke ranah publik, setidaknya dalam lingkup komunitas Kompasiana.

Ellen Maringka, yang dikenal dengan ke-khasannya suka gonta-ganti PP menandakan pula bahwa mantan pacar Pak Benny ini tidak suka sesuatu yang monoton, beliau suka akan keragaman atau variasi. Ini menunjukkan pula bahwa beliau memang lincah, cekatan, tak suka basa-basi, cerdik dan cerdas. Mungkin itu pula yang membuat pak Benny tak pernah jenuh dalam situasi dan kondisi apa pun sebagai pendampingnya.

Tak pelak lagi jika dikaitkan produk tulisan/artikelnya yang kebanyakan bertema/menyorot topik berurusan dengan persoalan keluarga harmonis – telah mengundang simpati, empati bahkan banyak menyentuh motivasi serta menginspirasi para pembaca.

Artikel-artikel yang ditayangkan Ellen Maringka memang tak berkesan berat, pilihan kata serta kalimatnya mudah dipahami, bahasanya gaul karena beliau memang suka “gaul-menggauli dan digauli.” Tulisan berkategori semi ilmiah-popular yang kerap bertemakan cinta, asmara, problem rumah tangga lebih pada tinjauan kasus yang cenderung bersifat advokatif.

Dalam sepintas cermatanku, biasanya tema-tema yang bernuansa human interest, apalagi menyangkut hubungan percintaan, asmara, perselingkuhan maupun terkait retaknya hubungan keluarga harmonis berikut dampaknya > seringkali sajian teks media telah di-frame sedemikian rupa (komodifikasi) sehingga menjadikan informasi yang laris manis kayak infotainment di beberapa stasiun televisi swasta. Di artikel Ellen Maringka tidak ditemukan tendensi ke arah itu, semuanya disampaikan secara lugas, niatan tulus berbagi, mengangkat kasus yang sering terjadi secara apa adanya.

Bahkan beliau tidak pernah menutup diri untuk selalu membuka diskusi saling melengkapi antarkompasianer. Artikel yang sudah ditulis beberapa hari/waktu yang lalu pun masih dalam pantauan, tetap mendapat respons balik darinya. Apalagi dalam setiap pembahasannya selalu disertakan pilihan atau tawaran berupa solusi. Tambah sip markusip tentunya, mudahan konsisten hingga kelak di kemudian hari seperti yang telah dituliskannya: http://media.kompasiana.com/new-media/2013/12/10/kompasiana-cerminan-terhadap-diri-sendiri-refleksi-setahun-ngompasiana-617924.html

By the way, jika aktivitas beliau ini lebih diseriusi, bukan tidak mungkin bisa menjadi pilihan profesi di masa depan yaitu menjadi konsultan keluarga harmonis masa kini maupun masa depan, minimal konsultan di dunia virtual.

Mengingat beliau tergolong enerjik-lincah, dinamis, tidak sombong, berwawasan luas, intelektual, responsif dan akomodatif, problem solver, bahkan punya bakat humoris > tak mengherankan lagi jika banyak penggemarnya. Mungkin saja kalo beliau mau nyalon sebagai anggota legislatif, maka besar kemungkinan terpilih - minimal utk mewakili ‘partai kompasiana.’

Paling menarik bilamana kita “bergaul atau menggauli” beliau, kebiasaan bagi-bagi hadiah terutama martabak untuk pemberi komentar pertamaxx, keduaxx, ketigaxx dan seterusnya. Itung-itung selama ini, Pakde Kartono sering mendapatkannya, sementara saya kadang kebagian martabak salah adonan atau martabak gosong, dihadiahi es jeruk bergelas kecil perunggu, kadang kopi luwak gak pakai gula :roll: wkwkwk. Tidaklah apa-apa, karena saya terbiasa memahami hidup dan kehidupan, nggak bakalan protes, terlebih lagi memusuhinya.

Salut dan salamku buat mbak Ellen Maringka & keluarga.

JM (10-12-2013).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun