Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Setiap Kali Menjelang Natal, Aku Pasti Meneteskan Air Mata

20 Desember 2018   23:49 Diperbarui: 21 Desember 2018   00:21 102 1
Tahun 2018 tinggal beberapa hari lagi. Kita sudah berada di bulan Desember, dan menjadi bulan terakhir yang akan kita jalani menjelang tahun 2019. Setiap orang pasti punya pengalaman menarik sepanjang tahun ini, ada yang penuh sukacita dan ada juga yang dirundung duka. Ada pengalaman paling berkesan dan ada juga pengalaman tak mengenakkan.

Bagi saya, setiap kali memasuki bulan Desember ada satu hal yang selalu membuat saya terpaksa harus meneteskan air mata. Selain karena terbeban masalah keuangan, saya juga merasa sangat prihatin melihat keadaan bangsa kita saat ini. Kebersamaan, rasa saling memiliki, budaya tolong menolong, budaya saling mengingatkan sudah mulai tergerus dari kehidupan kita sehari-hari. Ada kalanya, tetangga sebelah kiri atau kanan rumah meninggal dunia pun tak tahu karena selama ini tak pernah bertegur sapa. Kita bisa mengetahui tetangga sedang apa ketika ada tenda di rumahnya atau ada keramaian di rumah.
 
Yang membuat saya meneteskan air mata adalah saat merenung dan melakukan refleksi serta evaluasi terhadap perjalanan hidup saya sepanjang tahun ini. Ketika mulai berserah diri kepada Sang Pencipta dan menyampaikan kalimat-kalimat doa kepada Tuhan, secara perlahan saya langsung hanyut dalam kesedihan dan air mata mulai menetes membasahi pipi.

Setiap kali saya melakukan hal ini, terutama saat menjelang Natal, saya pasti sangat mudah terpengaruh dan terbawa perasaan bahwa apa yang telah saya  lakukan sepanjang tahun ini ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain di sekitar kita. Walaupun sejujurnya, banyak juga orang di luar sana yang merasa telah melakukan banyak hal sepanjang tahun ini. Merenung dan melakukan evaluasi terhadap diri sendiri membuat saya meneteskan air mata.

Hal pertama yang saya ingat adalah kebersamaan yang indah dengan orangtua. Akan tetapi Tuhan lebih sayang kepada ayah saya. Doa saya semoga Tuhan memberikan tempat yang terindah buat ayah saya di surga. Saat ini, hanya tinggal ibu saya tercinta yang menjadi pengayom dan pelindung kami anak-anaknya dimuka bumi ini.

Tahun ini, terus terang saya ingin berbagi pengalaman bahwa apa yang saya rasakan sepanjang tahun ini lebih didominasi kesedihan. Tahun ini juga saya terpaksa harus kehilangan pekerjaan karena sesuatu dan lain hal. Tapi itu bukan jadi beban bagi saya, yang membuat saya terbeban adalah ketika desakan kebutuhan datang dari isteri dan dua anak saya.

Di satu sisi saya sangat bersyukur Tuhan memberikan saya dua putri yang cantik dan tumbuh berkembang selalu kami kawal. Saya juga mengucap syukur kepada Tuhan karena selalu memberikan jalan keluar buat semua persoalan yang kami hadapi sepanjang tahun 2018.

Ketika merenung dan berserah kepada Tuhan, terutama saat-saat menjelang Natal dan Tahun Baru saya pasti meneteskan air mata. Ketika saya mengadu kepada Tuhan lewat doa yang tulus, saya merasa ada yang hilang dari beban saya. Kekuatan saya untuk menghadapi segala permasalahan hidup semakin kuat. Apa yang saya alami dan saya ceritakan kepada orang lain sepertinya mereka kurang percaya, jangankan orang lain, saudara sendiri pun sangat sulit mempercayai keberadaan kami sepanjang tahun ini.  

Ketika cerita ini saya bagikan, mungkin di luar sana masih ada orang yang tingkat kesusahan dan keberadaan hidupnya lebih sulit dari apa yang saya alami. Apa pun yang saya alami sepanjang tahun ini akan menjadi 'arsip' sejarah kehidupan berharga yang bisa saya bagikan kepada anak cucu nanti.

Selisih paham antara suami dan isteri pasti akan terjadi terutama saat kondisi keuangan tidak stabil. Bagaimana tidak 'berteriak' kalau pada akhirnya sang suami pulang ke rumah tidak membawa apa-apa. Hanya berharap kepada Tuhan dan terkadang jawaban Tuhan selalu indah pada waktunya. Siapa yang bisa menduga kalau hari ini kita keluar rumah dengan satu tekad harus bisa membawa pulang uang untuk membeli beras, sayur dan ikan. Akan tetapi, dengan situasi dan kondisi yang tak menentu banyak sekali permasalahan yang dihadapi diluar sana.

Sudah hampir sore belum juga ada dapat apa-apa, hanya berserah saja kepada Tuhan. Dengan pekerjaan yang serabutan, akhirnya dalam last minute ada saja bala bantuan datang dan menyelamatkan hidup kita agar tidak sampai kelaparan. Itu adalah sebuah mujizat yang selalu kami alami beberapa kali dalam tahun ini. Tuhan tak pernah terlambat memberikan pertolongan kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya. Orang-orang yang dengan sepenuh hati mempercayakan kehidupannya kepada Tuhan.

Memasuki tahun 2019 nanti, saya dan keluarga tetap berserah kepada Tuhan dan semoga di tahun mendatang ada mujizat Tuhan yang bisa mengangkat kesulitan kami agar bisa bertahan dan memperjuangkan anak-anak kami bisa mewujudkan cita-citanya di masa depan. Saya dan keluarga percaya bahwa Tuhan pasti membuka jalan bagi kami dan bagi orang-orang yang berharap kepadaNya.

Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan Natal yang indah dan sekaligus refleksi bagi saya dalam menjalani hidup ke depan. Tuhan memberkati kita semua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun