Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Lelaki yang Mengantung Harapannya di Langit

10 April 2010   02:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 554 0

LONGKI Djanggola, siapa yang tidak mengenal lelaki ini? Rasa-rasanya tidak ada. Ya, ia adalah Bupati Parigi Moutong, wilayah pemekaran dari Kabupaten Donggala. Kita sedikit saja bicara tentang lelaki yang memimpin kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 ini. Lalu kita bicara tentang Kabupaten seluas 6.231,85 kilometer persegi yang dipimpinnya.

Tadi kita sudah mencandai Kota Parigi dari dermaga tua itu. Sekarang kita akan berdiri di pelataran Kantor Bupati Kabupaten Parigi Moutong, lalu meminjam mata hati dan pikiran Bupati Longki Djanggola memandang wilayah subur yang dipimpinnya. Mata hati lelaki itu melepas pandang dari Sausu di ujung selatan ke Taopa di ujung utara wilayahnya. Pikirannya menggelora. Dari Kota Parigi, ia sudah memimpin tidak kurang dari 20 kecamatan dan 180 desa di wilayah itu. Ia berharap ada kemajuan dan manfaat nyata yang bisa dirasakan rakyatnya. Ia memimpin kabupaten ini sejak 2002 sebagai penjabat Bupati yang ditunjuk oleh Aminuddin Ponulele, Gubernur Sulawesi Tengah ketika itu. Kemudian ia terpilih dua kali berturut-turut. Yang pertama pemilihan melalui legislatif, dan yang kedua melalui pemilihan langsung.

“Saya bertekad menjadikan kabupaten ini menjadi kabupaten termaju di Sulawesi Tengah,” kata ayah dua putra ini dalam berbagai kesempatan.

***

Lelaki ini menengadah ke langit biru, walau silau matanya. Ia berusaha mengingat catatan sejarah.

Pada awalnya masyarakat daerah Parigi Moutong tersebar ke dalam beratus bahkan beribu-ribu komunitas di gunung-gunung dan bukit-bukit dalam satu kesatuan segaris keturunan. Mereka memisahkan diri di antara kesatuan garis keturuna lainnya. Mereka adalah masyarakat komunal yang dipimpin oleh Olongian dan Kemagauan. Pimpinan yang dinamakan Magau atau Olongian” kemudian berubah menjadi Raja. Itu berlangsung hingga datangnya Imperialisme Belanda ke daerah ini sehingga konsep Magau” dan Olongian berubah menjadi konsep Raja. Raja inilah yang dijadikan Pemerintah Hindia Belanda sebagai wakil dari masyarakat yang beragam di wilayah Parigi Moutong.

Pada awal abad ke-20, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan kontrak politik yang disebut sebagai perjanjian pendek dengan Raja-raja seperti Roe di Tojo, Talasa di Poso, Owolu Marunduh di Mori, Kabodi di Napu termasuk Dg. Malino dan Idjenggi yang disebut sebagai wakil dari Kerajaan di Wilayah Parigi Moutong. Namun masuknya Hindia Belanda sebagai suatu kekuatan politik di tanah Parigi Moutong juga dibayar mahal oleh Putra-Putra terbaik daerah ini sebagai pejuang yang tidak tunduk ke dalam Integrasi Politik kolonial Belanda itu. Tombolotutu, salah seorang pejuang masa itu melawan imperialism dengan caranya. Pemerintah Belanda dibuat pusing karenanya.

Dan roda sejarah terus berderak. Setelah kedaulatan kembali ke tangan putra bangsa, pada 8 Juni 1963 sejumlah tokoh membentuk Panitia Penuntut Pembentukan Kabupaten. Lalu mereka kemudian membentuk Yayasan Pembangunan Wilayah Pantai Timur dengan Akte Notaris Nomor 33 tahun 1965 tertanggal 23 Desember tahun 1965.

Selama 39 tahun perjuangan tiada henti itu buahnya bisa dipetik setelah Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia meresmikan pembentukan Kabupaten parigi Moutong di Kantor Kementerian Dalam Negeri.

***

Lalu lelaki ini tersadar, matahari makin menepi di batas langit barat. Ia tersadar kembali ke alam nyata. “Kerja belum selesai saudara-saudara. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Pemerintah ada karena rakyat yang memilihnya, artinya untuk rakyatlah kita bekerja,” kata Longki jika ditanya isi pikirannya menyejahterahkan rakyat.

***

Dari data statistik yang ada, diketahui sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten ini. Nilainya sekira 53,34 persen. Disusul oleh perdagangan, hotel dan restaurant.

Secara umum, kondisi perekonomian Kabupaten Parigi Moutong meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik trend pertumbuhan perekonomian Kabupaten Parigi Moutong yang diawali dengan angka tahun 2003, dengan catatan Kabupaten ini dimekarkan pada tahun 2002). Jika dibandingkan dengan Propinsi Sulawesi Tengah, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto relatif sama. Peranan PDRB Kabupaten Parigi Moutong terhadap perekonomian di Propinsi Sulawesi Tengah yang mencapai 17 persen mempunyai dampak yang cukup besar. Sementara itu Pendapatan asli Daerah pada 2008 tercapai sebesar 11,811 milyar.

Salah satu potensi yang dibanggakan Kabupaten ini adalah potensi Lestari perikanan laut yang mencapai 68 ribu ton per tahun. Potensi itu terdiri dari Ikan Palagis 3,2 ton per kilometer persegi per tahun dan ikan Demersal 2,9 ton persegi per tahun. Potensi terletak di daerah penangkapan yang bisa dijangkau oleh nelayan tradisional sejauh 28.208 kilometer persegi, dengan produksi perikanan tangkap 21.072,2 ton pertahun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun