Suatu malam seorang lelaki
Di sudut ruang sebuah kedai kopi
Ia memesan dua cangkir tanpa gula
Entah untuk siapa yang satunya
Sementara aku di seberang jalan
Berambai awan menilik bulir hujan
Ketika langit begitu tenang
Mengurai basah yang dijatuhkan pada kenang
Tak lama, seorang lelaki memandang keluar
Dan kami bertatapan; aku gemetar
"Masuklah," panggilnya kemudian.
Aku hampiri ia, pelan-pelan ...
"Adakah yang kamu tunggu?" tanyaku.
Menekur dua cangkir kopi di hadapannya itu
Namun, ada purnama begitu pucat
Bergelayutan, tepat di kedua mata yang bulat
Sesekali, bergetar bibir seorang lelaki
Menyesap kepahitan yang mungkin dikenali
Dalam cangkirnya, kopi sisa separuh
Sedang satu lagi masih utuh
Aku bertanya kembali, "Lantas bagaimana?"
Lelaki menjawab, "Tolong, nikmati saja."
Dan sejatinya ia tahu aku adalah luka
Namun ternyata, dibiarkan duduk bersama
Sumedang, 19 Juli 2025