Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Saat Agen Sepak Bola Jadi Pelaku Pencucian Uang

8 September 2020   11:38 Diperbarui: 8 September 2020   11:27 512 5
Menjadi agen sepak bola mungkin saat ini jadi salah satu pekerjaan yang diminati banyak orang. Uang tentu jadi alasan utamanya. Agen sepak bola saat ini menjadi bagian penting di sepak bola modern. Nama-nama beken seperti Mino Raiola dan Jorge Mendes merupakan orang dibelakang layar dari pertunjukan bintang sepak bola di lapangan hijau.

Di musim bursa transfer seperti saat ini, sang agen bekerja ekstra keras. Ia harus mengurus para pemainnya, entah itu perpanjangan kontrak dengan klub lama atau negosiasi untuk pindah ke klub baru. Tak jarang sosok agen ini kemudian jadi kambing hitam klub saat tak berhasil mengontrak atau merekrut pemain. Mino Raiola di klub Juventus dan Milan jadi salah satu contohnya.

Terlepas dari kemampuannya 'merawat' bintang sepak bola. Pekerjaan seorang agen sepak bola juga bisa bersinggungan dengan tindakan kriminal. Hal itu juga yang dilakukan seorang agen bernama Fali Ramadani. Namanya mungkin terdengar asing bagi pencinta sepak bola. Wajar saja, agen bernama lengkap Abdilgafar Fali Ramadani tersebut bisa dibilang belum satu level dengan Raiola ataupun Mendes.

Fali diketahui menjadi agen untuk sejumlah pemain dari Serbia dan negara-negara Balkan. Stevan Jovetic, Adem Ljaji, Valon Behrami hingga striker Real Madrid, Luka Jovic diketahui berada di bawah naungan pria yang pada 2015 masuk sebagai nominasi agen terbaik dunia versi Globe Soccer Awards. Fali juga menjadi agen Miralem Pjani yang beberapa waktu lalu pindah dari Juventus ke Barcelona. 

Sayang karier Fali di sepak bola harus tercoreng. Otoritas hukum Spanyol pada Februari 2020 lalu mendakwa Fali dan rekan-rekannya terlibat dalam kasus pencucian uang dan pelanggaran pajak. Ia juga diduga terlibat dalam jaringan internasional organisasi kriminal pencucian yang disebut Lanigan.

Pihak kepolisian Spanyol seperti dikutip dari laporan Marca menyebutkan bahwa Fali didakwa sejumlah pelanggaran berasal dari laporan yang diterbitkan jaringan The Black Sea dan European Investigative Collaborations (EIC), yang menjadi bagian dari Football Leaks.

Menurut laporan The Black Sea dan EIC, Fali yang kelahiran Jerman tersebut mengatur transfer fiktif pemain sepak bola melalui klub sepak bola yang sudah ia kendalikan. Kok bisa seorang agen sepak bola mengatur klub sepak bola? Coba tengok saham Wolverhampton Wenders, di sana akan muncul nama Jorge Mendes.

Ya, agen dari Cristiano Ronaldo tersebut diketahui memiliki saham di Wolves. Tak mengherankan jika Wolves saat ini memiliki banyak pemain asal Portugal. Kembali ke kasus Fali.

Hasil dari investigasi Kementrian Dalam Negeri Spanyol menyebutkan bahwa Fali mengendalikan transfer fiktif tersebut di tempat tinggalnya, Kepulauan Balearic dan di sejumlah kota terkenal di Spanyol seperti Barcelona dan Madrid.

Lewat perusahaan agensi yang ia miliki bernama Lian Sports, Fali bersama istri dan seorang rekannya bernama  Nikola Damjanac, eks kiper Partizan, mengatur perpindahan pemain dari satu ke klub lain. Lantas apa yang salah dengan proses seperti itu?

Penyidik dari Unit Investigasi Penipuan (ONIF) Spanyol menyebutkan bahwa Lian Sports memperkerjakan pemain yang tidak pernah bermain untuk satu klub. Namun kemudian si pemain direkomendasikan ke klub lain dengan nilai jual tinggi. Kasus ini terbongkar pertama kali di klub Siprus, Apollon Limassol.

Apoallon dituding otoritas setempat mempekerjakan seorang pemain asing tapi tak pernah satu kali pun turun ke lapangan. Saat akan dijual si pemain mendapat rekomendasi dan angka statistik bagus dari Appollon. Tim ini digunakan Lian Sports sebagai 'jembatan' untuk pemain 'antah beranta' ke klub Eropa Barat.

Menariknya, striker Luka Jovic milik Real Madrid jadi salah satu pemain yang sempat numpang di Appollon. Klub Portugal, Benfica tercatat membeli Jovic dari Appollon pada 2016. Otoritas Spanyol pun tengah melakukan penyelidikan mendalam mengenai kasus Luka Jovic ini.

Dari kasus Fali sejumlah kerugian dirasakan tidak hanya klub yang membeli pemain seperti membeli kucing dalam karung, tapi juga negara tempat klub tersebut berasal. Menurut kepolisian Spanyol, tindakan Fali dengan Lian Sports menyebabkan kerusakan ekonomi yang besar pada klub tersebut.

"Mereka juga melakukan penghindaran pajak, menghilangkan hak negara untuk meraih pendapatan yang sah, dan skema paling menaktukan adalah klub menjadi organisasi kriminal untuk kasus pencucian uang," bunyi pernyataan kepolisian Spanyol.

Modus operasi yang dilakukan oleh Lian Sports tentu saja tidak hanya melibatkan, agen pemain, pemain dan klub tapi juga firma hukum. Penasihat hukum Lian Sports diketahui membantu bagaimana uang yang diterima oleh Fali bisa menjadi legal di mata hukum. Firma hukum yang bertempat di Malta itu mampu mencuci uang tersebut dan mentransfer Fali uang sebesar 10 juta euro dalam rentang waktu beberapa tahun.

Pihak Sepblac, unit intelejen keuangan Spanyol mengungkap bahwa modus Lian Sports diduga juga melibatnya banyak perusahaan keuangan di sejumlah negara lain seperti Makedonia, Siprus, dan Malta. Ketiga negara itu dipilih karena sistem perpajakan mereka yang jauh lebih longgar.

Apa yang dilakukan Fali dan Lian Sports mungkin sudah cukup lama dilakukan banyak agen sepak bola di seluruh dunia. Tentu tak mengherankan jika kemudian kita sering mendengar banyak pemain muda yang tak jelas latar belakangnya mendadak muncul di satu klub, seperti kasus munculnya lima pemain muda Brasil yang dirumorkan akan dinaturalisasi oleh PSSI.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun