Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup

Ada yang Benci Luar Biasa? Alhamdulillah, Bagus Itu

14 Maret 2017   14:35 Diperbarui: 14 Maret 2017   14:42 5513 1
Seorang perempuan muda bercerita pada gurunya dengan penuh kesedihan,

“Guru, ada seorang saudaraku, yang sesungguhnya sangat kusayangi, tapi sangat membenciku. Apapun yang aku lakukan dengan niat baik untuknya selalu diartikan buruk olehnya. Ia sangat mencurigaiku, dan menganggapku mendzaliminya dan merugikannya. Padahal aku tak pernah merugikannya. Apapun yang kulakukan selalu baik untuknya. Aku sangat sedih, Guru.”

Gurunya tersenyum. Perempuan itupun melanjutkan,

“Lalu ada pula orang di tempat kerjaku yang juga sangat membenciku. Setiap kali aku memberikan masukan ia selalu menghardikku dan mencelaku di depan orang banyak. Ia menghambat apapun yang aku lakukan sehingga aku tak tahu lagi harus bagaimana. Aku menjadi sangat tidak betah bekerja di sana, Guru.”

Perempuan itupun menangis. “Aku harus bagaimana, Guru?” tanyanya sambil tersedu.

Gurunya tersenyum dan berkata. “Alhamdulilah, bagus sekali itu,” katanya.

“Lho? Kok alhamdulilah? Kok bagus?” tanya perempuan itu terkejut. Ia merasa kecewa gurunya tak memahami kesedihan hatinya.

“Berterima kasihlah, bahwa sekarang Allah kirim beberapa orang agar kau dapat berkaca.
Bersyukurlah bahwa sekarang kau diberi waktu untuk introspeksi.
Berpikirlah, apa kira-kira yang dulu memunculkan rasa benci kepadamu?
Berkacalah dan lihat akhlakmu, cara bicaramu, cara kau membawa diri.
Kira-kira apa yang bisa kau lakukan lebih baik lagi?
Alhamdulillah, bagus sekali kalau ada yang membencimu luar biasa.
Bagaimana kau bisa mensyukurinya sekarang?” tanya Si Guru.

Perempuan muda itu terkesima. Bukannya kasihan, menghibur, malah menyuruh bersyukur. Mana bisa?

“Bersyukurlah karena Allah kirim orang-orang yang berdedikasi penuh untuk menambah pahalamu.
Allah sayang padamu dan menginginkan surga untukmu.
Bersyukurlah karena setiap kali mereka berkata buruk padamu, dosamu mereka ambil.
Bersyukurlah karena pada saat dosamu habis, pahala mereka pun menjadi milikmu.
Bersyukurlan karena setiap orang yang mendengar ucapan buruk mereka dan ikut membicarakanmu dengan buruk akan ikut mengambil dosamu dan memberikanmu pahala mereka.
Bersyukurlah karena semua itu membuat bekalmu menuju surga bertambah tanpa kau harus berbuat apa-apa.
NikmatNya yang mana lagi yang hendak kau dustakan?” seru Sang Guru dengan suaranya yang dalam dan pelan.

Si perempuan muda mengangguk-anggukkan kepala. “Susah, ya dicernanya,” batinnya.

“Namun hati-hati karena kedengkian mereka padamu bisa mencelakakanmu.
Hasud mereka mereka bisa meruntuhkanmu.
Benci mereka menyebar energi negatif yang bisa membuatmu benar-benar sakit.
Setiap kali kau sedih itu artinya kau menerima keburukan yang sedang mereka lakukan,” kata Si Guru memperingatkan.

Muka si perempuan muda terlihat bingung. “Nah terus bagaimana?” tanyanya.

“Jangan pernah membenci mereka, dan jangan sedih.
Saat kau sedih dan benci, energimu rendah, bentengmu runtuh.
Hanya cinta kasih tanpa pamrih yang bisa menjadi pertahanan yang kuat.
Bawa mereka dalam doamu.
Doakan mereka agar terbebas dari penjara kebencian mereka.
Anggaplah mereka anak kecil yang sedang menangis terperangkap dalam kamar gelap.
Karena sesungguhnya memang rasa benci adalah perangkap yang membinasakan.
Bantulah mereka untuk bahagia secara penuh.
Lakukan semua hanya untukNya, karena memang hidupmu hanya untukNya.
Dan kebencian orang ini diciptakanNya untuk mengujimu.
Apakah kau bisa tetap mencintai dan bahagia?
Apakah kau bisa hidup hanya untukNya, sebagai wakilNya?
Hanya itu yang bisa menyelamatkanmu,” seru Si Guru.

Si perempuan muda tercengang.. “Bagaimana caranyaaaaa?”

“Satukan dirimu denganNya.
Saat kau sujud pada Sang Pengasih Penyayang hari ini, bertanyalah padaNya.
Kira-kira apa yang membuat Sang Pengasih Penyayang mengirim orang-orang yang membencimu luar biasa ini?
Kebaikan apa yang sedang diberikanNya padamu?
Kenapa Ia mengirim orang-orang yang rela mengorbankan jiwa raganya untukmu?
Dengan rasa benci, mereka korbankan kesehatan fisik, pikiran dan jiwa
Hanya untukmu, hanya untuk mengambil dosamu dan memberimu pahala.
Kuncinya adalah rasa syukurmu dan rasa cintamu yang tanpa pamrih.
Hanya dua itu kuncinya agar kebencian mereka membawamu masuk surga.
Sang Maha Kasih sedang mengajakmu naik kelas.
Dengan sifat cinta dan kasihNya yang ada dalam dirimu, apa yang bisa kau lakukan?
Manusia seperti apa yang hendak diciptakanNya dalam dirimu melalui ujian ini?”

Si perempuan muda tercengang, berusaha mencerna setiap kata.

Jadi ia harus bersyukur?
Jadi ia harus limpahkan cinta tulus ikhas tanpa pamrih?
Susah yaaaa..

“Lakukan semua hanya karenaNya.
Tak apa dibenci satu dua manusia karena itu bisa jadi kunci surgamu kalau disyukuri.
Tapi jangan pernah sampai Sang Pencipta kecewa padamu.
Jangan sampai makhluk langit yang membencimu.
Karena itu kunci keselamatmu, dunia akhirat.
Nah sekarang, mulai rasakan zat cintaNya dalam dirimu.
Syukuri, sebarkan, salami mereka, sapa mereka, doakan mereka,” tegas Sang Guru.

Perempuan muda itu tersenyum. Wajahnya mulai berubah. “Baik, Guru, kuterima ujian ini. Mohon doa agar aku bisa terus bersyukur dan menyebar cintaku hanya untukNya.”

Jadi teman,

Kalau ada orang yang membencimu luar biasa, kira-kira kebaikan apa yang sedang diberikanNya padamu?

Manusia seperti apa yang hendak diciptakanNya bagimu dengan rasa syukur dan cintamu pada mereka?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun