Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerbung 9: Carly (Pengorbanan dan Cinta) Part 9 Ingat Mendiang Bapak

3 Maret 2021   22:51 Diperbarui: 3 Maret 2021   23:31 178 3
Aku tersenyum, menatapi langit malam yang begitu indah. Hanya saja sayang, hujan turut serta hadir menyampaikan salamnya dan menjadikan malam hari ini begitu dingin. Ku ratapi sisa waktuku hidup di dunia ini. Apakah masih bertahan untuk besok? Atau tidak akan sampai satu jam lagi? Memang rahasia kematian itu sulit diterkah oleh manusia awam sepertiku ini. Tapi, karena kutahu pasti mati. Maka, aku harus lebih dan lebih menyiapkan diri lagi.

Aku mengingat-ingat kenangan tempo dulu. Di saat masih menjadi anak yang manja, pemarah, dan suka mencari - cari muka hanya untuk di sayang keluarga. Mungkin, kini usiaku sudah 20 tahunan. Tapi, masa- masa kecil tak akan luput dari ingatan.

Aku perna menangis karena menginginkan sesuatu hal, mengharapkan dan harus kudapatkan. Sehingga mereka yang kupanggil Bapak dan Mamak, terkadang sedikit gusar menghadapi tingkah nakalku. Begitu malunya aku kini, bila mengingat - ingat kejadian - kejadian masa kecilku.

"Kamu lagi apa Ly?" Tanya mamak yang mengagetkanku, yang langsung menghampiriku duduk di kursi teras depan rumah.

"Gak mak. Carly cuman keinget sama mendiang bapak. Sudah hampir 17 Tahun, bapak ninggalin kita. Hm ... semoga, bapak bisa bahagia yah mak? Menyaksikan kita dari surga."

"Hm ... aamiin Ly. Bapak kamu pasti seneng ngelihat kamu. Udah besar, dan bisa membahagiakan mamak. Nemenin mamak dan jagain mamak."

"Iya mak."

"Oh iya Ly. Besok kan Cabai kita panen, apa kamu sudah informasikan sama bik Santi dan bik Rus untuk ikut menemani kita panen besok?" Tanya mamak.

"Sudah tadi mak. Sepulang dari kebon, Carly langsung mampir ke rumah bik Santi dan bik Rus. Dan katanya mereka mau untuk besok membantu kita panen cabai."

"Ooo baiklah kalo gitu Ly. Hm ... besok sebelum ke kebon, kamu ke rumah pak RT dulu. Jemput Jamila, katanya dia mau ikutan bantu panen cabai."

"Ia mak. Emang, kapan Jamila bilang pengen ikut penen cabai mak?" Tanyaku sedikit bingung.

"Tadi siang, sewaktu mamak ke warung ketemu Jamila. Dan mamak bilang, besok kita panen cabai. Terus, katanya dia mau bantuin panen. Gak usah diupah katanya, kan mamak udah dianggap mamaknya sendiri. Itu kata Jamila."

Aku terdiam, sejenak. Memang Jamila begitu beda dari gadis pada umumnya. Dengan status mahasiswa yang ia punya, dari kuliah di Universitas ternama di Indonesia tidak membuatnya menjadi sombong, bahkan lupa diri. Dia tetap menjadi Jamila yang biasanya. yang cantik, yang baik, dan suka menolong orang. Begitu kagumku pada dia. Seandainya saja ...?

"Eh kok melamun?" Suara mamak menghamburkan lamunanku.

"Ia mak. Carly gak melamun, cuma lagi perhatiin air hujan aja. Kayanya udah mau redahan mak." Aku yang menghela nafas, dan mencari pelemparan jawaban yang pas.

"Ooo .... yaudah, mamak masuk dulu. Kamu sendiri jangan malem - malem tidurnya. Inget! Gak baik untuk kesehatan, kalo kebanyakan begadang." Mamak yang mulai berdiri dari tempat duduknya dan berlalu masuk ke dalam rumah, meninggalkanku sendiri di teras depan.

"Iya mak. " Tuturku.

Hari makin malam, udara dingin terus menyapa menghelai rambutku yang tidak perna kusisir. Kulihat handphone bututku, yang sudah terlilit oleh karet gelang merah pemberian mamak di dapur kemarin. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 22.15 WIB. Sudah waktunya aku untuk merehatkan mata. Sebab, ada pekerjaan yang menunggu di besok pagi. Apalagi besok, ada Jamila. Gadis yang kusuka dari SMA. Hm ... tapi sayang, aku harus lebih berkaca pada cermin. Aku siapa? Dan Jamila siapa? Ayolah Carly ... kamu harus fokus dulu untuk kebahagiaan mamakmu. Fokus, fokus ...! Bisikku dalam hati.

Aku pun mulai beranjak dari tempat dudukku, dan mulai melangkah ke dalam rumah. Sembari mengunci pintu dan memperhatikan keadaan sekitar. Agar tidak ada yang lupa di kunci dan keadaan aman. Aku pun mulai melangkah menuju ke dalam kamarku, meletakkan handphone di meja depan tempat tidurku. Dan mulai merebahkan diri, berharap cepat terlelap agar bisa bangun lebih segar di besok pagi.

****

Kuk kuruyuk.... kuk kuruyuk.

Suara sahut menyahut ayam jago membangunkan seisi kampung. Menandakan sebentar pagi akan menjelang pagi.

"Ly ... Carly. Bangun nak, udah jam 5. Nanti kamu kelewatan subuhan loh?" Mamak yang menggugahku dengan tangannya.

"Hm ... ia mak." Jawabku dengan tangan yang masih mengucek - ngucek mata.

"Yaudah. Mamak mau ke dapur. Kamu mau dibuatin kopi apa gak?" Tanya mamak.

"Iya mak."

"Ayo bangun. Keburu kelewatan subuhnya." Mamak yang langsung beranjak berdiri dan menjauhiku, keluar mengarah ke dapur.

"Oooaaam ... Astagfirrullah" tuturku yang baru saja menguap dan mulai beranjak ke luar kamar.

****

(Bersambung*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun