Pemuisi turun gunung
selepas bersemedi sekian lama
rehat memahat kata
menjadi bulir manik aksara
Namun ia tak lupa cara
memegang sebilah belati
membedah jantung puisi
menguliti kulit puisi
Seiris demi seiris layaknya
menguliti kulit bawang
hingga cangkangnya terkelupas
jadi seiris puisi bernas
Pemuisi turun gunung
menggembol berat rindu
tersampir di pundaknya
kembali menjejak ladang puisi
Sebab silir angin bebukitan
meniupkan aroma mewangi
dan seakan memanggil
merasuk celah nurani
Ladang-ladang puisi
yang ditinggali tampak
kacau balau kering kerontang
takada curahan hujan aksara
Tanah puisi sedemikian retak
pecah dan belah seperti
tapak kaki di geragoti kutu air
hingga amatlah rusak
Pemuisi turun gunung
tak kenakan caping
namun ujung runcing
mencungkil mata sepi
Hingga bersimbah puisi
H 3 R 4
Jakarta, 18/01/2023