Aku bertanya
"berapa harga sekantung mimpi... ?"
si penjaja dengan pongahnya balas menjawab
"Kau takkan sanggup membeli
kembalilah esok hari, jika uangmu telah cukup"
ujarnya ketus seperti pohon kaktus
tegak berdiri dan durinya tajam nyelekit menohok ulu hati
Seraya kurogoh keping uang logam
dari saku celana kukodok-kodok
barangkali terselip
Kubuka kepal tapak lengan
aku berpikir keras sembari
mengkernyitkan dahi
Seperti mencoba
mengingat-ingat sesuatu
tapi tetap tak ketemu
Sampai kukira saku celanaku bolong
hingga isinya yang sudah sedikit itu
tercecer namun aku salah
Keesokan harinya aku kembali
menemui penjaja nan congkak
sepertinya kepalanya bengkak
Layaknya terkena hidrosepalus
hidunganya mendengus
megar kian lebar tatkala bicara sesumbar
"Aku hendak membeli sekantung mimpi
yang tempo hari" ucapku tak sabar sekaligus sebal
Seraya kukeluarkan seluruh keping uangku dari saku baju warna ungu, hingga penuhi meja tempatnya menjaja.
Tanpa menghitung lagi hanya sekedar menerka-nerka jumlahnya, dengan berucap semena-mena maka ia pun berkata.
"Uangmu masih jauh dari kata cukup
kembalilah lagi selepas uang sudah banyak terkumpul"
Aku pun kesal lantas balik berujar
"Tidak terima kasih, esok atau pun lusa aku takkan pernah kembali menginjakan kaki ditempat ini.
Sebab aku telah membuang mimpiku
dimukamu yang pongah.
ambilah seluruh keping uangku
Aku sudah tak menginginkan sekantung mimpi, namun berkarung mimpi dan itu pun takkan kubeli di tokomu"
Ujarku sambil membalikan badan
lantas meninggalkan toko
yang penjajanya memuakan.
H 3 R 4
Cikarang, 08/01/2023