Ketika kita melihat Tabola Bale bergema di Istana, kita menyaksikan bukan sekedar pesta musik, melainkan pertarungan makna. Lagu itu adalah ruang negoisasi antara kekuasaan negara yang ingin menghadirkan citra bahagia, masyarakat Timur yang menuntut pengakuan, dan industri digital global yang mengubah ekspresi lokal menjadi keuntungan ekonomi. Dalam pusaran itu, kita belajar bahwa musik dapat menjadi bahasa politik, bukan dengan retorika keras, melainkan lewat tarian, tawa, dan joget bersama.
KEMBALI KE ARTIKEL