Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Bagaimana Cara Menjelaskan Sebuah Perceraian Pada Anak?

27 Juni 2012   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:29 3476 7

Dahulu waktu jadi anak, tak pernah ada perbincangan yang menyinggung soal perceraian baik di rumah atau di sekolah. Saya juga tak pernah bertanya. Ketika menikah dan memiliki anak ternyata sebuah pertanyaan muncul tentang ini (kepada saya), menggunggah hati mencari jawabannya dan mengerti cara penyampaian yang pas tentangnya. Belajar dari buku yang lucu dan terekomendasi. Anak-anak harus dikasih tahu tentangnya.

Perceraian rupanya tak selamanya suram. Ini menjadi sebuah solusi (terbaik) bagi pasutri, meski bisa jadi sebuah tekanan psikis bagi anak-anak yang terbagi. Mungkin, perceraian bisa terlihat indah jika memang dilakukan dengan baik dan benar. Am I right?

***

Kedua putri saya baru saja saya jemput dengan jalan kaki. Sengaja mereka saya ajari untuk hemat BBM dengan menggunakan mobil hanya jika memang sangat perlu. Berangkat ke sekolah karena tergesa-gesa, pakai mobil, 5 menit sampai. Jika mengayuh kedua kaki sepulang sekolah, 15-20 menit naik turun tanjakan kecil. Capek tapi sehat.

Dalam perjalanan, saya sengaja menanyakan apa saja yang mereka alami sepagian di sekolah bersama guru dan teman-teman. Salah satu cerita yang menarik adalah saat Chayenne menanyakan mengapa temannya, Vivi, 6 tahun menceritakan padanya bahwa orang tuanya berpisah dan sering ribut. Mamanya di kota Seitingen, papanya di Spaichingen. Anak-anak ikut mama. Mereka hanya bertemu ayah seminggu sekali, dijemput, entah pergi kemana tanpa mama.

Pertanyaannya tak bisa saya jawab langsung, saya hanya mengalihkan pada kejadian lain yang ia ceritakan. Saya belum siap menjawab dengan baik. Dalam hati berjanji mencari jawabannya entah esok atau lusa.

Heran, natal tahun kemarin saya sempat berbincang dengan ibu Vivi dan mengagumi keluarganya yang harmonis. Perempuan bertubuh bongsor itu memiliki tiga putri yang sudah besar-besar dan cantik bak bunga merekah, memiliki pekerjaan sambilan sebagai penterjemah dalam 3 bahasa, suami yang ganteng dan menafkahi, mobil besar dan rumah yang bagus. Ada apa dibalik pertengkaran dan perpisahan mereka? Namanya rumah tangga, tak ada yang tahu apa isi didalamnya kecuali pasutri itu sendiri. Tahu sama tahu.

Kebetulan seorang tetangga dari Turki yang kenal dekat dengan keluarga Vivi mengatakan bahwa si mamalah sumber perceraian ini. Wanita keturunan Belanda itu telah selingkuh terlebih dahulu. Di masa getrennt (red: pisah ranjang), akhirnya si ayah yang berprofesi sebagai polisi itu menemukan pacar baru. Keduanya, saya yakin … lagi-lagi bahagia.

***

Seminggu sekali, kami menengok perpustakaan sehabis les balet. Rencana menepati janji, menjawab pertanyaan anak-anak mengapa orang tua bertengkar dan kemudian bercerai. Buku-buku telah ada di kantong, dua diantaranya adalah pilihan saya soal perceraian berjudul „Wir bleiben eure Eltern, auch wenn Mama und Papa sich trennen“ (red: kami tetap orang tua kalian, meski bercerai sekalipun) dan „Wir teilen alles“ (red: kita bagi rata semuanya).

Sekilas saya baca buku yang tak begitu tebal dengan ilustrasi yang cukup membantu penjelasan tentang perceraian dan penyelesaiannya itu. Seperti biasa, saya bacakan pada malam hari sebelum tidur.

Lewat buku yang pertama „Wir bleiben eure Eltern, auch wenn Mama und Papa sich trennen“, saya ceritakan kepada mbak Chayenne dan dik Shenoa bahwa dua orang anak seumuran mereka bernama Jonas dan Lena curiga ketika melihat orang tua mereka berkelakuan aneh saat piknik.Ketika kedua bocah bermain ternyata mereka memperhatikan kedua orang tuanya sedang serius membicarakan sesuatu dipinggiran sungai.

Keyakinan Lena bahwa mereka bertengkar ternyata benar. Jonas yang lebih kecil masih tak begitu paham.

Kecurigaan Lena bertambah saat makan malam di rumah. Kedua orang tuanya tak bertegur sapa sekalipun dan tak ada penjelasan kepada mereka anak-anaknya.

Kebiasaan sang ayah mencium Jonas dan Lena sebelum berangkat ke kantor seusai makan pagi misalnya, tiba-tiba menghilang. Dan tabiat ayah yang berubah lainnya …

Ketakutan anak-anak bahwa kepala keluarga itu marah kepada mereka, tak dijawab sang bunda. Mama diam seribu bahasa. Hingga suatu hari, si ibu serius mengajak mereka berdiskusi bahwa mereka bertiga akan segera pindah tanpa ayah dan menjelaskan persoalan pasutri yang mereka pendam selama ini.

Jonas dan Lena heran karena kepindahan tanpa papa ini tiba-tiba sekali. Mama menjelaskan bahwa papa telah menemukan rumah yang lain, ingin menyendiri tanpa mereka bertiga.

Kekhawatiran Lena dilontarkan kepada ayahnya yang baru pulang dari kantor. Dengan bijaksana, lelaki berambut coklat itu memegang kedua tangan gadis kecilnya. Pandangan matanya menunjukkan kesedihan. Pelukan jatuh pada si sulung sembari meluncurkan kalimat keterangan bahwa apa yang diceritakan istrinya benar. Sebagai pasutri sudah tidak ada cinta diantara mereka. Hari-hari hanya diisi pertengkaran yang tak berujung pangkal. Hal ini tak bisa dilanjutkan lagi. Tetapi sebagai ayah, cintanya pada Lena dan Jonas tak akan pudar. Sebuah penjelasan yang menguatkan imaginasi anak bahwa cinta diantara orang dewasa (misalnya suami istri) bisa berakhir, sedangkan kasih sayang orang tua pada anak sepanjang masa.

Sebagai anak-anak, Lena tak bisa menerima penjelasan yang blak-blakan itu. Ia kesal meninggalkan ayah dan bersembunyi dibawah kasur tingkatnya.

Waktu malam minggu mereka diperbolehkan untukmenginap di rumah eyang putri. Sekembalinya, mereka dikagetkan oleh truk barang yang mengangkut karton-karton ayah dan sebuah sofa!

Jonas yang terkecil berteriak panik. Ia mengira tukang pengangkut barang itu mencuri sofa. Buru-buru ayah berkacamata itu mengatakan bahwa ia butuh sofa itu di rumah barunya. Dasar anak-anak, Jonas masih saja tak mengerti perkataan bapaknya. Ia bahkan membujuk kepala keluarga itu untuk meminta si tukang mengeluarkan sofa dari mobil transport. Si ayah hanya manggut-manggut dan berjanji bahwa Jonas dan Lena boleh mengunjungi rumah barunya, duduk bersama di sofa sembari membaca buku, seperti yang sudah-sudah.

***

Saat menjalani hidup bersama mama, Jonas dan Lena merasa aneh tanpa ayah disekitar mereka. Dengan sabar, si ibu menjelaskan sekali lagi arti penting pisah ranjang atau perceraian bagi pasutri.

Ibu Jonas dan Lena juga pintar-pintar menghadirkan entertainment bagi anak-anak (ke kebun binatang, ke taman bermain di kampung). Sesekali anak-anak memang rindu akan kehadiran sang kepala keluarga, untung setiap malam bapak itu menelpon mereka demi mengucapkan selamat tidur dan jatah hari Sabtu untuk jalan-jalan.

Ada beberapa kasus perceraian, dimana pihak yang diberikan hak asuh oleh pengadilan tak mengijinkan pasangannya menjenguk anak-anak bukan? Namun dalam tulisan Susanne Szesny dan Julia Volmert ini, ada sebuah keadilan diatas sebuah keretakan rumah tangga. Anak tak boleh dijadikan korban perceraian melainkan dibesarkan bersama-sama dengan cinta kasih seutuhnya, meskipun dari dua rumah yang berbeda.

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun