Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Indonesia Juga Punya Astronot Wanita

3 Juni 2012   14:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:26 24 7

Pagi masih dingin, segera usai makan pagi, kami mengendarai mobil ke Trossingen. Sebuah pameran NASA digelar di aula kota.

Sebelum masuk, kami berdiskusi, harga tiket per orang yang mencapai 10 Euro (dewasa), murid dan mahasiswa 4 Euro, serta anak-anak dibawah 6 tahun gratis. Termasuk tinggi, hampir setara dengan tiket Sea World 11 Euro di Konstanz. Namun karena keingintahuan kami akan pameran NASA yang terbesar di Eropa itu, langkah kami maju terus pantang mundur. Dan ending-nya, wow … rasa bangga akan Indonesia yang punya astronot wanita asal Bandung, Profesor Pratiwi Pujilestari Sudarmono, bergemuruh pula di dada.

***

Sebuah model raket yang konon pernah dibuat untuk film Tom Hanks dipasang di pelataran. Anak-anak mulai mengelus-elusnya. Untung tak ada pagar pembatas. Mereka bebas mengamati detil-detilnya.

Langkah berikutnya mengantar kami pada sebuah mobil dinas mereka di angkasa. Dasar lantainya dibuat sedemikian rupa mirip dengan tempat para astronot memijaknya. Pasir putih yang super lembut dan bebatuan. Sebuah sentuhan dekorasi yang membawa pengunjung seakan berada disana. Sayang ada pagar pembatas dan tanda peringatan tak boleh sentuh atau menaikinya.

Kamipun berpindah kesebelah dimana baju lengkap astronot ditegakkan. Jika di bumi pasti berat sekali mengenakannya. Untung hanya dipakai di angkasa.

Sebuah pesawat roket berdiri tegak. Tulisan NASA United States discovery nampak membesarkan nama negeri yang kini dipimpin Obama ini. Selain itu nama besar Rusia juga menjadi pembanding yang ulung dalam soal galaksi dan kosmos.

Sebuah ruangan yang disetting agak gelap menampilkan atap yang didesain dengan beragam pesawat yang mengorbit, satelit dan sebagainya. Nuansa yang seakan-akan mengajak para pengunjung untuk ikut merasakan dimensi yang berbeda.

Berikutnya adalah ruangan yang memamerkan makanan dan minuman selama perjalanan di luar angkasa. Mulai dari makanan berbentuk tube, buah yang dikeringkan dan lain-lain, dikemas dalam plastik vacuum. Rusia juga menggunakan plastik folie metal agar tahan lama hangatnya dan melindungi dari mikrometeorit. Pikir saya, kemasan tersebut dirancang agar saat makan, tak berhamburan di udara. Seperti yang terpampang di dinding, tiga orang astronot laki-laki sedang dalam acara makan-makan.

Di sebelah patung astronot yang duduk di kursi, tergeletak sebuah sepatu dan sarung tangan khusus lengkap dengan tanda tangan pemiliknya.

Selanjutnya sebuah toilet khusus astronot saat di ruang hampa udara itu. Disusul sebuah kain kasa yang mungkin mirip pembalut wanita. Disampingnya adalah gambar seorang astronot wanita sedang mencuci rambut, khusus dengan shampoo tanpa air tinggal mengusap dengan tangan lalu handuk. Obat keramas 236,66 ml itu nampaknya praktis, agar tak perlu menangkap air dalam ruangan ….

Kaki sudah capek berkeliling, tapi rasa mau tahu bentuk meteor dan kawan-kawan memaksa kami memasuki ruangan bebatuan. Sebuah batu besar berwarna hitam bernama Flädle atau Glasbombe sempat ditemukan di daerah Bayern, Jerman. Chondrit (red: batu meteorit kecil berwarna hitam seberat 135 gram) yang jatuh di Rumania pada tanggal 3 Februari 1882 juga menambah pengetahuan kami. Ooo … bunder … begitu ternyata tampang meteorit, kok untuk mata awam seperti saya kayak batu biasa dari muntahan gunung berapi.

Sebelum keluar, kami foto-foto dengan baliho yang besaaaaaaaaar dan menarik. Ada yang bergambar macam-macam galaksi, luar angkasa dengan satelitnya, ruang hampa dengan serangan-serangan meteorit jatuh menghujani hewan semacam Dinosaurus …

„Das war wirklich teuer aber schön!“ Mbak Chayenne berkomentar bahwa pameran barusan sangat mahal tapi menyenangkan.

„Ya … tahu nggak, Ndhuk? Wir haben auch eine aus Indonesien ... Sie heißt Pratiwi Sudarmono …“ Begitu bangga saya bercerita bahwa Indonesia juga memiliki kiprah di NASA Amerika sebagai a payload specialist. Wanita hebat itu tak lain bernama Pratiwi Sudarmono.

„Woooow, super. Astronout aus mein Heimat“ Merasa tahu ia dilahirkan di Indonesia, ia juga ikut bangga.

„Betul, Bu …?“ Suami menanyakan keseriusan cerita saya.

„Lah iya, Pak … nggak cuma Amerika, Rusia sama Jerman dong, yang punya astronot. Apalagi beliau adalah seorang wanita ….“

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun