Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Nasib Penjual Balon Kini

13 Oktober 2019   16:45 Diperbarui: 13 Oktober 2019   16:46 61 8
Kaki bersandal lusuh mengayuh sepeda
Perutnya kembang kempis menahan lapar
Terik matahari membakar wajah tua yang lelah

Dulu, bocah-bocah menungguku dengan wajah ceria
Hidup mereka berwarna seperti balon yang kujajakan
Mereka berlari memegang balon yang diikat seutas benang
Balon berwarna warni itu tertawa diudara
Kadang seorang bocah menangis sedih kala benang lepas dari genggaman

Sekarang, tak seorang bocahpun memanggil namaku
Mereka asyik menatap benda mati yang bernama smartphone
Yang lain mungkin lagi tidur di warnet
Anak-anak tak tertarik lagi dengan mainan kampung
Mereka asyik bermain game menghabiskan usia muda
Hidup mereka terhipnotis sia-sia

Lalu, sudahkah kau makan Pak Tua?
Belum, aku masih menunggu seorang pembeli
Mungkin mereka masih punya belas kasih
Mohon Pak Tua dengan lirih

Sungai Penuh, 13 Oktober 2019
@fatmisunarya



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun