Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Konon Katanya Karya

6 April 2014   18:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00 509 7

Ada yang berteriak ketika merasa kesakitan maupun disakiti, namun diam ketika senang maupun bergembira dalam keberhasilan dan kesuksesan. Banyak merasa tersinggung dan tersungging ketika nama baiknya tercemar dan dicemari, namun tersenyum bak kucing angorra disaat namanya diangkat dan dipopulerkan. “Saat ini masanya menjaga nama baik” itu alasannya, “Hari gini masih mencuri Karya orang lain”. Seluruh orang akan marah ketika Karyanya dicuri, tersanjung dan merasa terpuji ketika Karyanya dihargai dan diakui sebagai Karya hasilnya. Padahal kalau ditanya Karya yang mana yang telah dia buat? Pekerjaan yang manakah yang dia hasilkan lewat tangannya sendiri? Ironisnya ketika seluruh orang mencuri Karya alam mengapa diam? Mengapa merasa tak bersalah? Mengapa alam tak boleh marah dan menuntut? Padahal dia juga punya Karyanya yang sangat-sangat luar biasa, yang telah menjadikan seluruh manusia, termasuk saya melihatnya, menyaksikannya tanpa harus membayar sepeserpun, kalaupun ada yang memungut biaya, itu bisa dipastikan bukan alam ini, bukan kemauan dirinya, juga bukan kehendaknya. Pasti semua orang punya alasan ketika dia mencuri dan menjiplak hasil alam, “Ini adalah Karya Seni gue” Ini murni dari hasil Inspirasi gue” emang elu kenape? Emang ada yang marah saat ane melihat hasil alam dan menjadikannya sumber Inspirasi ane? Emang gue pikirin” toh alam kagak marah” kok ente yang sewot?” Emang elu bise?” Emang elu mampu seperti ane?” Muke gile” siape aje juge bise”. Kalaulah hasil yang kita katakan Karya kita adalah hasil dari Panorama alam nan luas membentang ini menjadi hak kita, apa kagak malu sama tuh makhluk ciptaan Tuhan yang namanya Universal of Nature? (alam semesta). Setiap manusia, siapapun dia, darimanapun asalnya pasti sudah dibekali dan memiliki sifat mencipta apalagi mengkreasi. Bukan karena bersumber seluruhnya dari kita, melainkan perpaduan antara alam ini dan manusia. Jangan kata itu hanya kepunyaan kita, semua orang bisa, semua manusia mampu, kita ambil contoh dalam mencipta Lagu, Melukis apalagi Menulis. Jangan berlagak itu asli alias original Karya kita sendiri. Boleh-boleh saja mengakui sendiri dan diakui oleh seluruh dunia, namun yang perlu diingat bahwa, ”Setiap komponen pada diri manusia dan alam pasti melihat dan menyaksikannya, apalagi Dia Sang Pencipta yang sesungguhnya”, pasti menilai dan menunggu seluruh manusia kembali dan membuktikan kepada-Nya, yang konon kita katakan hasil Karya kita sendiri. Silahkah saja mempertahankan hasil Karya kita ketika orang lain mengambilnya tanpa seizin kita, “jika memang diperlukan”. Namun tidaklah selamanya harus marah, apalagi sampai menuntut orang lain yang sebenarnya juga sudah dituntut dirinya sendiri dan alam semesta, minimal tuh orang yang mengambil Karya kita, konon” akan merasa malu ketika berjumpa langsung dengan kita(mungkin). Bukankah menyenangkan orang lain itu kebaikan? Membuat orang lain bahagia dan senang, kitapunbisa ikut menikmatinya, setidaknya tersenyum bahagia juga”. Kalau saja semua manusia menyadari hal ini, termasuk saya, pasti dibumi ini akan hadir kedamaian, keindahan dan keselarasan(Rahmatan Lil ‘Alamin), ibarat Jannahtun Na’im(Surga yang penuh nikmat), kalau saja dibolehkan Sorga pindah kebumi, namun sedikit radiasi dan kondisinya boleh lah” bukan sepenuhnya, bukan memindahkan tempatnya(hanya permisalan). Tulisan ini bukan untuk menuntut apalagi membuat yang merasa ber-Karya marah ketika Karyanya diambil. Saya hanya ingin menceritakan dan menuliskannya saja, tidak bermaksud menyinggung, kalau salah kurang lebih minta maaf-lah, sesama manusia yang mencuri Karya alam, kok pelit amat” si-amat aje tidak pelit”. Tulisan ini perbandingan terhadap Karya dari Sang Pencipta yang Dia kreasi via alam dan menjadi sumber Inspirasi seluruh manusia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun