Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Pekan Pengabdian, Indahnya Berbagi Bersama Masyarakat

25 Juni 2021   17:05 Diperbarui: 25 Juni 2021   19:20 437 8
Berbagi itu indah, mungkin begitu yang saya pahami. Terlebih berbagi pengalaman dan ilmu dengan masyarakat. Maka ketika mendapat kabar dan ajakan dari adik saya di kampus, bahwa mereka hendak menyusul rekan-rekan Hima PGSD yang lagi buat kegiatan langkah berbagi di salah satu desa yang ada di Jailolo. Saya lalu tanpa pikir dan timbang langsung menurutinya.

Siang itu, saya dan tiga orang junior saya akan berangkat ke Jailolo menyusul teman-teman lain yang sudah dulu berangkat kesana. Sesuai jadwal kapal, tepat pukul 15:00 wit kapal akan lepas dari dermaga. Maka tepat pukul 14:30 wit, setelah selesai mengemas barang bawaan saya dan Akbar kemudian bergegas menuju pelabuhan.

Sesampainya kami di pelabuhan, Imha, Mira dan Indri terlihat sudah menunggu di ruang tunggu. Mereka langsung mengarahkan kami untuk transaksi pembelian tiket sebab bunyi stum kapal telah dua kali di bunyikan.

"Kalian lama sekali kak." Ucap Imha saat kami menghampiri mereka.

"Iya, tadi lagi ada urusan di kampus." Jawab akbar sembari meletakkan ransel bawaannya.

"Akbar, kau seperti pinda rumah saja ya. Barang bawaanmu banyak benar." Ucap Mira dengan nada canda.

Mendegar ucapan Mira, tawa kami pun pecah mengurai suasana penat siang itu juga membuat penumpang lain menatap kami keheranan. Setelah memastikan semua barang bawaan tidak ketinggalan kami pun bergerak menuju kapal sesaat pengumuman pemberitahuan kapal yang kami tumpangi lepas dermaga.

Sampai di sisi kiri kapal, antrian naik pun di berlakulan. Satu persatu penumpang berjalan naik mengikuti tangga dengan lebarnya 60 cm yang diletakkan dihaluan kanan kapal. Setelah mendapat giliran, saya pun naik di ikuti Imha dan Mira juga Indri. Semntra Akbar masih di dermaga, dia terlihat seperti ragu untuk menjatukan pijakannya. Pasalnya kapal sesekali oleng membuat tangga pun ikut maju mundur tak beraturan.

"Lompat dan naik Bal, kau ini laki kok penakut." Ucap Indri

Sementara di samping kami, ada ABK yang juga turut mengarahkan Akbar.

"Saya hitung sampai tiga kau langsung lompat ya." ABK itu mengarahkan. Lalu sejurus kemudian Akbar langsung singgap dan sudah berada di haluan kapal.

Tepat didepan pintu dek 2 kapal kami duduk. Iya, di samping kami mengamati pemandangan saat perjalanan di situ itu juga kami dapat menikmati udara yang dengam bebas keluar masuk mengusir hawa panas. Selang berapa menit, mesin kapal di nyalahkan. Setelah nahkoda memastikan semua penumpan sudah naik, juga surat berlayar telah di kantongi maka tali pandara pun dilepaskan.

Kapal mulai berjalan, riuh suara dari pecah arus pun mulai terdengar di bawa kolong kapal. Sesekali kapal terasa naik turun saat menantang gelombang. Sementara terlihat di kejauhan, mendung menyelimuti pulau Halmahera. Melihat cuaca yang kurang bersahabat Imha terlihat mulai cemas.

"Santai saja, ini hanya gelombang pantai. Sebentar lagi lautnya suda tenang ketika kapal sudah mulai menjauh dari garis pantai." Ucapku mencoba mengurai kecemasan yang di rasakan.

"Iya, semoga saja kaka air laut tenang sampai di tempat tujuan." Ucap Imha

Kapal terus berjalan, melewati beberapa gugusan pulau juga perahu nelayan di sisi kiri dan kanan kapal.  Air laut pun sudah mulai tenang saat kapal sudah benar-benar jauh dari garis pantai. Tidak ada lagi arus apalagi gelombang, hanya terlihat ada tumpukan sampah yang terapung membuat nahkoda menuntun haluan kapal coba menghindar dari tumpukan sampah itu. Melihat sampah-sampah yang mengapung itu, saya jadi ingat riset yang pernah saya buat beberapa tahun lalu saat saya masih jadi seorang kuli tinta di sebuah media online.

Dari riset itu, sampah adalah permasalahan yang paling sulit di selesaikan bukan hanya di pemerintah daerah melainkan pemerintah pusat juga. Dan tafsiran saya soal sampah yang beberapa tahun belum bisa di selesaikan terbukti sampai sekarang. Sampah adalah persoalan serius, dan jika persoalan ini dilimpahkan seluruhnya pada instansi terkait saya rasa persoalan ini tidak pernah selesai. Maka saatnya kita harus bergandeng tangan dengan mereka untuk sama-sama kita selesaikan persoalan yang masih menjadi pekerjaan rumah itu.

Sudah satu jam kami di dalam kapal. Dari informasi yang saya terima oleh penumpang lain, satu jam lagi kapal akan tiba ditempat tujuan. Saat Imha, Indri dan Mira memilih tidur, saya lalu mengajak Akbar duduk dihaluan kapal untuk sekedar bercerita lepas sembari menikmati pemandangan yang disajikan.

"Pengabdian itu baik Bal. Terlebih kepada masyarakat. Walau hanya sedikit yang kita kasih tapi itu lebih baik dari diam kita ke mereka." Ucap saya

"Iya kak, kita akan terus mendorong agar teman-teman selalu sedia berbagi dengan masyarakat kita."

"Iya, di tahun 2021 ini adalah yang perdana. Maka harus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Jadikan pekan pengabdian kita yang perdana ini sebagai budaya akademik yang nanti diwariskan oleh generasi kemudian. Intinya pengabdian adalah bagian dari ruh Mahasiswa PGSD Unkhair."

"Iya kak, semoga Tuhan selalu merahmati semua langka kita."

"Eh kak, ada lumbah-lumbah." Ucap dia dengan wajah bahagia sembari mengarahkan telunjuknya.

Maka dengan siggap aku mengamati dan melihat juga mengabadikan puluhan kawanan lumbah-lumbah yang melompat-lompat di selah perahu nelayan itu di ponsel saya.

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun