Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

[Cerita-Panjang] Kala Usia Senja Tiba #1

12 Juni 2021   03:22 Diperbarui: 12 Juni 2021   04:15 317 7
Lestari membuat sebuah keputusan besar!Di usianya yang masih 40-an ia keluar dari pekerjaannya, menghilang dari beberapa komunitas inti, dan melamar menjadi ibu Asrama di Pondok Usia Indah, tidak jauh dari kediamannya.
Pondok Usia Indah adalah sebuah wisma atau asrama bagi para lansia berumur 65 tahun ke atas. Semacam panti wreda.

Keputusan Lestari menimbulkan banyak pertanyaan dari teman-teman dan keluarganya. “Mengapa mengurusi lansia?” tanya Om Pit, adik ayahnya. “Kamu masih muda dan belum menikah. Bagaimana bisa menemukan jodoh kalau ketemunya sama orang-orang tua?”

Lestari cuek saja. Om Pit tidak begitu mengenal dirinya sebaik kedua orangtuanya. Tak apa, tapi aku berterimakasih karena Om Pit sekarang yang menjadi orangtuaku. “Bukan jodoh yang aku cari Om Pit, melainkan teman. Aku membutuhkan mereka,” jawab Lestari.

Sang paman belum paham. Masak cari teman di lingkungan lansia? Tetapi ia mencoba memahami pilihan kemenakannya ini. Dari Abangnya ia pernah mendengar, Lestari sejak muda suka sekali bergaul dengan ibu-ibu, sesekali dengan bapak-bapak. Tapi ia masih menyimpan pertanyaan, betulkah itu satu-satunya alasan bagi Lestari untuk bekerja di panti wreda?


***


Lestari berusaha santai menghadapi interview dengan ibu Yani, pemilik Yayasan Insani yang menaungi Pondok Usia Indah.

"Adik serius mau bekerja di sini?" tanya ibu Yani.

Lestari mengangguk. Agak heran dengan sebutan 'adik' yang dialamatkan padanya. Kenapa tidak dipanggil 'Anda' saja karena ini merupakan interview formal. Apakah karena ia masih muda? Sementara peran yang ingin didapatkan adalah sebagai ibu asrama yang umumnya seorang yang sudah sepuh?

"Adik akan menghadapi orang-orang tua yang banyak maunya."

"Tidak apa-apa bu. Saya siap."

Ibu Yani diam sejenak. Ia kemudian membaca beberapa bagian dari berkas yang terhampar di mejanya.

"Kenapa keluar dari pekerjaan?"

"Saya merasa sudah cukup puas bekerja di sana. Saya ingin mencari pengalaman kerja di tempat lain, bu."

"Iya, tapi kenapa Adik tertarik bekerja di sini? Apakah orangtuamu sudah tidak ada?"

"Ya. Tetapi bukan itu alasan saya ingin bekerja di sini, bu. Lagipula ada keluarga adik Papa yang tinggal bersama saya sekarang."

"Mereka mengizinkan?"

Aduh bu! Saya perempuan dewasa. Bukan anak belasan tahun yang harus minta izin orangtua untuk menjadi pekerja sosial, protes Lestari dalam hati. Pikirannya terus berbicara sendiri.

Oke, saya paham mengapa Yayasan meragukan niat saya bekerja di tempat ini. Saya mungkin masih terlihat muda. Perawakan sayapun kecil, mana pantas jadi ibu Asrama. Tapi kan, posisi itu yang sedang kosong di sini? Sudahlah bu. Tunjukkan saja bagaiman saya harus bekerja, harap Lestari. Bibirnya terkatup, tapi berharap ibu Yani mengizinkan dia menjadi ibu Asrama bagi sekumpulan Opa dan Oma di sini.

Tahukah bu, saya ingin sekali menjadi orang yang dibutuhkan. Saat ini tidak ada lagi teman-teman sebaya. Saya lebih banyak bergaul dengan anak-anak muda bergaya posmo. Punya dunia sendiri dan tidak tertarik bersahabat dengan perempuan single 40-an seperti saya.

Lestari masih ngedumel dalam hatinya ketika ibu Yani menawarkan pekerjaan menangani Koran Lansia. "Anda pegang koran saja dulu. Nanti kita lihat, apakah tugas sebagai ibu Asrama bisa Anda jalankan,” pungkas ibu Yani. Kali ini ia sudah memanggilnya dengan 'benar'.


***

Lestari menghembuskan napas panjang ketika keluar dari ruangan ibu Yani. Lagi-lagi ia ditawari pekerjaan lama. Menulis. Tapi baiklah. Ia akan mencobanya. Bukankah untuk menulis perlu bertemu dengan orang-orang yang tinggal di asrama ini?

Akan aku tunjukkan bahwa aku mampu menjadi ibu asuh bagi Opa dan Oma itu.

Namun Lestari merasa geli ketika menyadari bahwa ia yang masih berumur 40 tahun akan menjadi 'ibu' bagi para lansia 65 tahun keatas. ***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun