Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife

Menunggu Lahiran

26 November 2020   08:41 Diperbarui: 26 November 2020   08:53 45 3
Di lorong sebuah gedung, nampak 5 orang yang terlihat sangat gelisah. Mereka adalah lima sekawan yang telah bersepakat untuk bersama-sama berjuang untuk sebuah tujuan yang mulia. Mereka adalah Mugi Eka, Ade Satriana, Eli Halimah, Dewi Dharma Hardi, dan si bungsu Muhammad Akbar. Beraneka ragan ekspresi yang terpancar dari wajah-wajah itu.

Mugi Eka terlihat paling tenang di antara kelimanya. Usianya yang di atas keempat rekannya, memang memancarkan aura simpatik pada garis-garis wajahnya. Sosok yang akan dengan mudahnya memberikan pujian dan apresiasi atas hasil kerja juniornya. Sungguh sosok yang sangat humble.

Ade Satriana lain lagi. Meskipun dalam kondisi tidak tenang, tetapi ia seperti menggambarkan sebuah power yang sangat besar dalam dirinya. Kekuatan inilah yang membuatnya bisa mempimpin keempat rekannya. Bakat  kepemimpinan yang ia dapatkan dari perjalanan hidupnya yang sungguh berliku. Tanpa ragu keempaat rekan lainnya, akan dengan sangat mudah memberikan kepercayaan padanya untuk pengambilan sebuah keputusan yang penting.

Sosok ketiga adalah Eli Halimah. Seperti Bu Tejo yang "Solutif", sosok ini terkadang dengan mudah menemukan solusi yang baik, di saat empat rekan lainnya mengalami kebuntuan. Entah dari mana ia dapatkan kecakapan hidup seperti itu. Ketelitiannya pada hal-hal yang sepele dan kecil, membuat rekan-rekannya sering kali memberikan tugas yang memerlukan kecermatan tinggi.

Dewi Dharma Hardi, perempuan asal Medan yang tengah duduk sambil memegang kedua telapak tangannya menengadah ke atas, posisi berdo'a. ia sungguh sosok Kristiani yang baik dan lembut. Sosoknya yang tenang sering kali mampu menyalurkan kedamaian di antara keempat rekan lainnya. Ia juga orang yang super teliti pada hal-hal kecil dan rumit. Ketelitiannya sering menjadi penyelamat dalam situasi tertentu.

Sosok terakhir adalah Muhammad Akbar. Sosok paling ganteng di antara mereka. Bukan saja karena memang dialah satu-satunya laki-laki di antara lima sekawan itu, tetapi putera Sulawesi Selatan ini memiliki ketajaman mata yang luar biasa. Garis-garis wajahnya sangat  tegas, namun sesungguhnya ia memiliki jiwa yang sangat lembut. Ia adalah pengejawantahan sosok anak muda saat ini. Penuh semangat, berdedikasi tinggi dan mempunyai visi yang jelas.

Saat ini adalah waktu yang sangat menegangkan bagi kelima sekawan itu. Mereka tengah menunggu proses kelahiran hasil kerja sama mereka. Masing-masing larut dalam fikran mereka. Tak ada yang bisa menebak apa sesungguhnya kalimat yang tengah bergentayangan di fikiran mereka. Tak satu pun yang mengeluarkan suara. Hanya desahan yang terkadang keluar dari hembusan nafas berat yang mereka keluarkan.

Dengan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki masing-masing anggotanya, kelima sekawan itu dapat dikatakan satu tim yang benar-benar solid dan tangguh. Mereka saling menyemangati saat satu atau beberapa dari mereka merasakan down karena proses yang bisa dikatakan tidak mudah. Tetapi kekuatan dan keinginan yang kuat dari kelimanya, membuat semua aral dan rintang dapat mereka lalui dengan baik. Berbeda latar belakang agama, budaya dan karakter diri, tidak memupuskan harapan mereka untuk bahu membahu secara sportif, mendukung satu sama lain. Sungguh sebuah kekompakan yang bisa membuat iri rekan-rekan SMA mereka.

Tak berapa lama, muncul sosok lain. Mereka  adalah Mimi Alee, Dini, Mariyati, dan Niniek Sutarti. Mereka mengamati rekan satu SMA yang tengah gelisah. Mereka berempat memberikan kata-kata yang menyemangati dan membuat kelimanya sedikit tenang untuk beberapa saat.

Setelah keempat sosok itu berlalu, muncul rekan mereka lainnya, yaitu Dasma Paembonan, dan Irpan Bastian. Seperti keempat rekan mereka sebelumnya, mereka pun turut menyampaikan ucapan selamat pada lima sekawan itu, karena mereka tengah menunggu lahiran.

Semakin yakin dan kuatlah hati kelima sekawan itu. Yakin dengan apa yang telah mereka upayakn, karena mendapatkan support yang positif dari teman-teman mereka.

Muncul seorang temannya lagi yang berasal dari Lampung. Ya, ia adalah Madjid Lintang. Ia tahu bahwa kelima rekannya tengah gelisah karena menunggu lahiran hasil kerja mereka.
"Proses lahirannya di mana, Bu?" Madjid Lintang bertanya untuk memecahkan kebisuan yang ada.
"Di sini, Pak." Eli menjawab sambil menunjukkan sebuah alamat yang tertera di buku mereka.
"Wah jauh ya, Bu lahirannya. Saya fikir di sekitar sini." Ucapnya lagi sambil mengamati mereka berlima.
"Ya, Pak," Ade satriana ikut mempertegas.

Muncullah rekan lain, yaitu Ni Luh Sari Suryastini. Rekan dari Bali ini  berkata, "Di sini kita merasa lebih berharga. Saling support satu sama lain. Tak perduli dari mana kita berasal. Kita satu tujuan. Belajar." Ucapan yang sungguh menenangkan hati karena mereka berlima merasa sangat dicintai sebagai sebuah keluarga.

Tak lama muncul Marice Monim Monim, ia melewati mereka dan mengacungkan kedua jempolnya sembari mulutnya mmengatakan 'Lur biasa', walau tanpa suara. Datang juga Lia Hizriani Rivaie dan menyatakan 'keren'. Sebuah ungkapan singkat namun mampu menambah semangat.

Sosok Sang juara pun muncul, ia adalah Taufik Hidayat, "Selamat ya, semoga kami bisa menyusul."
"Aamiin, terima kasih," Kami bersama menjawab

Sungguh walaupun proses kelahiran ini membuat perut seperti melilit dan berputtar-puter, namun dengan semangat dan dorongan, serta support dari rekan se SMA, mereka menjadi lebih tenang sekarang.

Segala upaya telah mereka maksimalkan, usaha dan do'a adalah senjata utama. Maka, langkah terakhir yang mereka mampu lakukan adalah mmemasrahkan semuanya pada Tuhan, Zat Pengatur yang Maha Besar.

SELAMAT BERKARYA DAN MELAHIRKAN SEBUAH KEBAGGAAN UNTUK INDONESIA !!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun