Seorang
facebooker menulis status dengan pesan inti, "Pengambil-alihan kursi ketum Demokrat
ugly dan kasar". Narasi itu bisa dibenarkan dalam satu sudut pandang, namun juga bisa
debatable dipandang dari sudut lain. Mengapa? Karena politik adalah kepentingan, bagaimana berkuasa, maka legalitas menjadi nomor dua. Konteks ini seturut dengan premis, "
Politics is the art of the impossibility", politik adalah seni dari ketidak-mungkinan. Yang "tidak mungkin" menjadi "mungkin". Segala cara seolah menjadi "sah"dilakukan. Kalau bahasa orde baru, "menghalkan segala cara".
KEMBALI KE ARTIKEL