Menilik Kehidupan Penyandang Tuna Netra Melalui Film Jingga
21 Februari 2016 14:19Diperbarui: 21 Februari 2016 14:533292
Film ini mengisahkan seorang pemuda remaja bernama Surya Jingga yang tumbuh besar dalam sebuah keluarga kecil dengan ayah ibu dan seorang adik perempuan di kota Bandung. Meskipun hidup berkecukupan (digambarkan dalam film rumahnya yang bernuansa rumah kuno zaman Belanda, dengan sebuah mobil sedan untuk satu keluarga, dan seekor anjing Beagle yang lucu), namun kedua orangtuanya, terutama ayahnya, tipikal orangtua-orangtua yang agak kolot karena agak sulit menerima kenyataan bahwa Jingga mengidap low-vision, yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat dengan jelas selain gambar-gambar yang kabur. Sang ibu sebenarnya sudah menyadari kekurangan Jingga sejak ia berusia tujuh bulan, tetapi ayahnya selalu menyangkal dan menganggap penyakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring ia tumbuh dewasa, sehingga kekurangan pada matanya ini tidak pernah dirawat dengan baik.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.