Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Anjani dan Kunang-Kunang (Bag 2)

3 Februari 2023   08:15 Diperbarui: 3 Februari 2023   12:42 501 6
           Anjani, mendengar kabar bahwa Bagas telah meninggal--setelah ia mendapat pesan--dari Mama Bagas. Detik itu juga, jantung Anjani terasa berhenti berdetak. Dadanya mulai sesak, pupil matanya mulai tergenang air-- sebelum akhirnya tumpah--lalu membanjiri kedua pipinya.

           Anjani tidak bisa menerima kenyataan, bahwa Bagas sudah pergi meninggalkan dirinya, dan Rere untuk selamanya.

           Kemudian dicarinya Rere, untuk memberi kabar tentang Bagas--yang telah meninggal--karena mengalami kecelakaan. Lalu diajaknya Rere untuk melayat ke rumah keluarga Bagas.

           Mendengar kabar itu Rere menangis. Dia sangat menyayangi Bagas, yang sudah dianggap seperti kakak sendiri. Sekaligus menemukan sosok ayah, yang dirindukannya selama ini.

           Sesampainya Anjani dan Rere di rumah Bagas, mereka disambut dengan isak tangis. Bagas adalah anak satu-satunya dan kesayangan Papa dan Mamanya. Bagas, anak yang santun, baik hati dan peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

           Anjani kembali teringat, bagaimana sikap Bagas yang sangat sempurna di matanya, pun sempurna juga di hati Anjani. Gadis itu tidak menyangka, kalau Bagas ditakdirkan untuk meninggalkannya secepat ini.

           Anjani merasa bersalah, karena meminta Bagas secepatnya datang pada jam lima sore--untuk merayakan acara ulang tahun Bagas dan Rere--saat itu.

           Seandainya saja Anjani tidak terus menerus mengirim pesan pada Bagas, mungkin lelaki itu bisa sedikit santai tanpa harus terburu-buru. Tapi semua sudah terjadi, Anjani tidak dapat menemui Bagas lagi untuk selamanya.

           "Anjani--semua sudah ditakdirkan oleh Allah, bahwa Bagas sudah saatnya dipanggil tanpa kita dapat mencegahnya." Mama Bagas berkata sambil sesekali menyeka air mata.

           "Iya, Tante..."

           "Yang penting kita semua sekarang mendoakan Bagas, agar tenang di alam baka," Mama Bagas kemudian memeluk Anjani dengan erat. Hingga Anjani dapat mendengar, detak jantung seorang ibu, yang telah melahirkan Bagas.

           "Tante, saya ingin pergi ke pusara Bagas," Anjani berkata sambil masih tersedu. Mama Bagas kemudian memeluk Anjani kembali dengan lebih erat.

           Dalam perjalanan--menuju ke pusara Bagas--Anjani bercerita, bagaimana sikap Bagas, yang sudah sangat baik terhadap dirinya dan Rere.

           Mama Bagas mendengarkan--dengan sabar dan penuh pengertian--apa yang diceritakan Anjani tentang Bagas. Mama Bagas sangat mengerti, bagaimana sikap anak lelakinya. Sehingga tidak heran atas perlakuan Bagas terhadap Anjani dan Rere.

           Sesampainya di pusara Bagas, kesedihan kembali menyelimuti Anjani dan Rere, tidak terkecuali Mama Bagas yang juga masih sangat sedih. Akan tetapi, Mama dan Papa Bagas terlihat lebih ikhlas menerima kepergian Bagas dari sisi mereka.

           "Bagas, maafin aku, ya--aku nggak nyangka, saat kamu mentraktirku di Aruba, adalah pertemuan kita untuk yang terakhir kali," Anjani berkata lirih sambil kembali menyeka air matanya yang kembali jatuh, "kamu tau nggak? Sore itu aku membuatkanmu sirloin steak. Kalau saja kamu sempat mencicipinya, aku pasti akan senang sekali--dan aku yakin, walaupun sirloin steak itu mungkin tidak sesuai dengan seleramu, tapi kamu pasti akan memuji masakanku, yakan?"

           "Anjani--kamu harus ikhlas, seperti kami juga sudah mengikhlaskan Bagas, menghadap Yang Kuasa. Sebaiknya kita pulang ya, Nak." Mama Bagas berkata sambil menepuk-nepuk pundak Anjani.

           Anjani hanya bisa mengangguk lalu menuruti apa yang dikatakan Mama Bagas. Mereka lalu meninggalkan pekuburan dengan suasana hati yang masih diselimuti kedukaan.

                               ____

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun