Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Bad Boy

18 Januari 2023   09:41 Diperbarui: 18 Januari 2023   12:50 1230 26
Kiwo adalah anak laki-laki Bu Ning, pemilik warung sate tidak jauh dari rumahku. Dia juga dijuluki Bad Boy oleh warga sekitar, tapi ibunya lebih suka memanggilnya si Ganteng. Penampilan anak cowok itu memang ganteng, dengan tatapan mata yang tajam dan nyalang. Seakan berani menghadapi siapa saja yang berniat cari ribut dengannya.

Sudah banyak cowok-cowok di daerah ini yang tidak berani berhadapan dengan Kiwo. Karena mereka sudah pasti kalah apabila harus berhadapan melawannya. Bisa dibilang, Kiwo adalah jagoan daerah ini, kabarnya dia juga preman pasar. Kiwo dapat dengan bebas, mengambil dagangan para penjual di pasar tanpa membayar dan tanpa rasa takut. Salahnya Bu Ning juga, anaknya diberi nama Kiwo yang dalam bahasa jawa artinya 'kiri' dan dapat diasumsikan berhubungan dengan hal-hal negatif.

Pada suatu waktu, aku ingin membeli sate, di warung Bu Ning. Sesampainya di sana, langsung kupesan sate kambing 10 tusuk. Sambil memerhatikan Bu Ning yang sedang membakar sate--dengan kepulan asap, dari daging yang dibakar--aku kemudian menanyakan perihal si Kiwo.

"Bu, Kiwo ke mana, ya? Kok nggak pernah kelihatan?"

"Ibu juga nggak tau, Neng. Kiwo sudah hampir 2 minggu tidak pulang." Begitu jawaban Bu Ning.

"Oh--begitukah? Padahal beberapa minggu yang lalu, saya melihatnya lho, Bu--."

"Yah--Kiwo setelah beranjak dewasa jadi nakal, Neng. Padahal dulu waktu masih kecil dia kesayangan keluarga. Tapi setelah besar seperti tidak pernah mau diatur, maunya sendiri." Bu Ning kembali berkeluh kesah.

Setelah membayar sate pesanan, aku lalu beranjak dari warung sate Bu Ning, untuk kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan--dari jarak sekitar 5 meter--aku melihat sosok Kiwo sedang berdiri bersandar di tiang listrik. Kemudian aku pun mendekatinya.

"Hei--Kiwo, kenapa kamu nggak pulang-pulang. Dicari sama Bu Ning, tuh. Pulang sana," kataku sambil melihat ke arahnya.

Kiwo tidak berkata sepatah katapun. Dia hanya membalas tatapan mataku, lalu melengos membuang muka, kemudian pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa mengangkat bahu, dan melanjutkan perjalanan pulang.

Sebelum sampai rumah, aku mampir ke warung kelontong Teh Nuri. Sesampainya di sana, Teh Nuri sedang duduk di depan warung bersama anak perempuannya. Setelah kuperhatikan, sepertinya anak perempuan Teh Nuri sedang hamil besar. Teh Nuri tampaknya tahu, apa yang sedang kuperhatikan.

"Iya, ini lagi hamil, bentar lagi lahiran," Teh Nuri memberi penjelasan tanpa kuminta.

Spontan aku lalu menyahut, "Siapa bapaknya?" Aku keceplosan bertanya, untungnya Teh Nuri tidak tersinggung atas pertanyaanku.

"Siapa lagi preman di daerah ini, kalo bukan Kiwo," Teh Nuri berkata sambil membelai kepala anaknya.

"Ya ampun, Kiwo ini memang bener-bener Bad Boy rupanya," aku hanya bisa menghela napas. Kiwo memang keterlaluan, tidak hanya menjadi preman pasar, tapi juga kerap kali berbuat tidak senonoh terhadap sesamanya.

Heum--aku lalu berpikir, harus mengantisipasi dan  menjaga sebaik mungkin anak perempuanku. Bukan tidak mungkin Kiwo nantinya juga dapat menghamili anakku, seperti anak perempuan Teh Nuri. Mengingat sebentar lagi musim kucing kawin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun