Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Sebuah Piring Kue untuk Ibu

3 Januari 2022   23:01 Diperbarui: 3 Januari 2022   23:22 627 16
Piring kue itu masih tersimpan di almari. Piring bundar ceper dengan hiasan beberapa bunga di satu sisi. Piring yang kubeli sekian waktu lampau buat hadiah ibu.

Ingatanku melalang buana menuju ke sebuah masa. Ketika aku masih mengenakan seragam merah putih. Entah kelas tiga atau empat SD. Ingatanku mulai kabur.

Saat itu aku berniat membelikan hadiah buat ibu. Seusai bel tanda sekolah berakhir, aku tak segera pulang ke rumah. Melainkan ke sebuah toko yang disebut toko serba ada.

Pada masa itu supermarket masih jaramg di kota Malang. Minimarket juga belum merajalela. Sehingga kehadiran toko serba ada rasanya penting di lingkungan kami.

Meskipun tokonya tidak seberapa besar, hampir semuanya ada di sana. Rasanya tak puas mata memandang benda-benda apa saja yang ada di sana.

Ada kue-kue kaleng yang nampak mewah. Boneka-boneka plastik dengan gaun yang indah. Aneka permen cokelat yang menggoda. Alat tulis dengan gambar yang lucu-lucu, juga ada beberapa sepatu, peralatan makan, dan masih banyak lagi.

Saat itu mengunjungi toko serba ada rasanya menyenangkan. Apalagi bila bersama ayah atau ibu. Biasanya aku mendapatkan snack atau alat tulis. Itu sungguh menyenangkan.

Aku melangkah ke toko serba ada ini seorang diri. Sengaja aku tak mengajak kawan karena aku ingin memilih hadiah ibu dengan leluasa.

Semalam aku sudah membongkar celenganku berbentuk lebah. Ia modelnya bongkar pasang, sehingga mudah sekali uang tabunganku kuambil, tanpa perlu memecahkannya atau mencari kuncinya

Tak banyak uang tabunganku yang ada di sana. Oleh karenanya aku penasaran benda apa yang bisa kubawa pulang untuk hadiah ibu.

Toko serba ada itu sedang sepi. Aku melongok-longok benda yang kiranya cocok untuk ibu. Dan tentunya harganya juga tak melebihi dengan uang yang kukantongi.

Melihatku yang nampak kebingungan, pemilik toko menghampiriku. Ia menanyakan benda yang ingin kubeli. Aku menunjuk sepatu perempuan yang nampak elegan. Ibu pasti nampak cantik mengenakan sepatu tersebut.

Ia mengambilkan dus sepatu. Aku dengan ragu-ragu menanyakan harganya. Wahhh harganya sangat jauh dari uang yang kubawa. Aku menggelengkan kepala dan berdalih macam-macam.

Aku kemudian menunjuk taplak. Sebuah taplak meja makan yang akan membuat meja makan di rumah akan menjadi semarak. Tapi lagi-lagi angka yang disebutkan si pemilik toko masih tak bersahabat.

Aku menunjuk beberapa barang. Dari agenda tebal, teko, dan benda-benda lainnya. Aku malu dan merasa tak enak kepada si pemilik toko. Ia mungkin merasa dikerjai anak-anak. Tapi karena aku anak salah satu pelanggannya, ia segan memarahiku.

Pandanganku kemudian tertuju ke piring putih ceper dengan bunga. Piring kue yang cantik. Aku berhati-hati menanyakan harganya.

Ketika si pemilik toko yang berkacamata dan berwajah tegas itu menyebutkan harganya, aku merasa lega. Aku mengangguk dan si pemilik toko memasukan piring tersebut ke dalam dus.

Uangku masih cukup untuk membeli kertas kado. Si pemilik toko sepertinya baru paham kalau aku sedang membeli kado. Ia membungkusnya dengan rapi dan cantik. Wah aku senang sekali.

Dengan langkah yang ringan aku berjalan kaki ke rumah. Hanya satu piring kue yang berhasil kubeli dari uang tabunganku.

Sesampai di rumah, ibu nampaknya hendak marah karena aku pulang terlambat. Kusodorkan hadiah buat Ibu dengan penuh semangat. Ibu nampak begitu gembira.

Ia membuka kadonya dengan hati-hati, takut merobek kertas kadonya. Kertas kado itu dilipatnya, baru kemudian membuka kardusnya. Isinya adalah sebuah piring kue.

Piring kue itu masih tersimpan di almari. Piring kue ceper yang kubeli dengan seluruh uang tabunganku. Piring itu setiap kali digunakan seperti berkata, Aku sayang Ibu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun