Ya, maen ke Kompasianival bakal garing jika kemudian asyik sendiri dengan hape. Kurangi berhape, waktunya ngobrol dan berkenalan dengan kompasianer.
Aku ingat waktu kali pertama ke Kompasianival 2014, belum banyak kompasianer yang kukenal. Aku hanya melongok-longok booth dan kemudian merasa bosan. Akhirnya aku memberanikan diri untuk berkenalan dan ikut mengobrol. Seingatku kenalan pertamaku waktu itu Pak Syaiful si pakar AIDS. Hingga kini bapak ini tetap setia dengan rambut panjang dan baju kesayangannya.
Ajang tahun berikutnya lebih asyik karena sudah lumayan banyak kompasianer yang kukenal gara-gara dulu rajin nangkring. Obrolan jadi lebih cair. Kami membahas apa saja, ngerumpi seputar Kompasiana, film, musik, makanan, apa saja. Rupanya kompasianer itu sebagian besar mudah akrab dan punya banyak bahan pembicaraan. Disentil sedikit topik tertentu maka bisa jadi bahan obrolan yang panjang dan seru.
Nah di ajang ini aku juga berkenalan dengan kompasianer yang kukenal hanya lewat tulisan. Biasanya kami berkenalan dengan menyebutkan username di Kompasiana atau topik yang sering ditulis. Dari situ kemudian muncul oh Mba, Bapak, Kamu yang suka nulis itu. Kadang-kadang yang tulisannya garang biasanya secara riilnya malah kalem. Yang paling menarik itu jika kita suka membaca tulisan salah satu kompasianer dan ternyata penampilan aslinya beda dengan yang kita bayangkan. Ada yang lebih lucu, lebih nyentrik, dan sebagainya.
Aku tak punya target ingin bertemu A atau B. Aku hanya ingin bertemu kompasianer, baik yang sudah senior maupun yang baru bergabung, baik yang sudah kekenal akrab ataupun baru bertemu. Tahun ini aku hanya ingin kumpul-kumpul sehingga aku tak mendaftar sesi ini dan itu.
Oh ya satu lagi yang berkesan menjelang acara Kompasianival yaitu aku dan kawan-kawan sedang mempersiapkan booth pameran komunitas film Kompasiana alias KOMIK. Kami bersembilan asyik merencanakan apa saja yang akan kami tampilkan di booth, juga rancangan acaranya.
