Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Bangsa Indonesia yang Semakin Matang Berpolitik

10 April 2014   17:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 88 0
Alhamdulilah, patut kita syukuri pemilahn umum 2014 berlangsung lancar. Artinya, secara substansial pemilihan umum mampu menjadi wahana bagi rakyat untuk menyampaikan pilihan politik secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dan secara prosedural, pemilihan umum 2014 ini berlangsung rapih, tertib, dan lancar. Rakyat tampak menikmati hajat politik lima tahunan ini.

Pemilihan umum yang sukses substansi dan prosedur, itu memang menjadi dambaan kita semua. Kalau kita merunut ke belakang, terutama pada era reformasi sekarang ini, proses pemilihan umum memang makin menunjukkan kesuksesannya. Dimulai tahun 1999 ketika bangsa ini baru "menggapai" reformasi, kemudian tahun 2004, dan 2009, semuanya menunjukkan bahwa pemilihan umum menjadi proses politik yang kian matang.

Dengan fakta tersebut, maka benar apa yang dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai mencoblos di depan tempat pemungutan suara (TPS) 06 Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Rabu pagi. Presiden mengatakan, apabila pemilihan umum tahun 2014 ini juga berlangsung lancar, maka Indonesia bakal menjadi negara demokrasi yang matang

Proses pemilihan umum hingga tahapan pencoblosan, boleh dikatakan merupakan proses politik yang terjadi pada rakyat. Dengan demikian, maka rakyat Indonesia kini mulai matang secara politik. Persoalan berikutnya adalah tergantung pada sikap elite atau tokoh politik. Apakah mereka akan menerima hasil pemilihan umum 2014 ini secara legowo? Atau bagi mereka masih ada riak tertentu sehingga, katakanlah, mereka akan menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Melihat hasil sementara yang dirilis melalui hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei, tampanya hasil nyata versi Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak akan bergeser secara signifikan. Artinya, hasil pemilihan umum sebenarnya sudah kita ketahui hari ini melalui jasa lembaga survei itu.

Proses pemilihan umum kali ini juga berlangsung transparan. Mata dunia ikut melihat pemilihan umum di Indonesia dengan hadirnya 19 lembaga pemantau dari mancanegara. Di dalam negeri sendiri, pemilihan umum diawasi oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) yang memiliki organ hingga ke daerah, dan puluhan lembaga pengawas swadaya masyarakat. Selain itu, di tingkat TPS juga ada saksi-saksi yang berasal dari semua partai politik peserta pemilihan umum.

Melihat banyaknya "mata" yang mengawasi pemilihan umum, maka kecil kemungkinan pemilihan sekarang memunculkan kecurangan. Lebih dari itu, kedewasaan rakyat Indonesia menjadi barikade paling ampuh untuk mencegah pemilihan umum yang curang.

Faktor lain, negara ini kini dimpimpin Kepala Negara yang betul-betul negarawan, yang mampu berdiri di segala golongan. Pesan Kepala Negara bahwa yang tidak terpilih harus menerima dengan lapang dada karena masih ada hari esok untuk melakukan perbaikan dan ikhtiar lebih lanjut agar kemudian berhasil, harus diapresiasi. Jiwa dan ruh pemilihan umum memang terletak pada "bersedia menerima kekalahan" dan "tidak takabur atas kemenangan".

Beberapa hal itulah yang menjadi bekal bagi rakyat Indonesia untuk menuju negara demokrasi yang matang. Insya Allah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun