Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

"Beauty and The Beast" [30]

11 Februari 2019   06:26 Diperbarui: 11 Februari 2019   06:38 44 3
Episode 30

Sebuah tangan menepuk pundaknya. Aldi kaget dan menoleh. Heran dia kenapa kali ini Jean muncul di belakangnya Biasanya Jean selalu menarik kursi untuk duduk di depan atau di sampingnya.
" Selamat !" Wajah Jean kelihatan bersemangat.
" Kurasa belum harinya aku ulang tahun." Kata Aldi tanpa mood.
" Sudah 78 hari !"
" Kenapa merasa penting menghitung hari sejak aku tinggal di Glodok ?"  tanya Aldi.
" Dua belas hari lagi kamu akan memecahkan rekor pendahulumu !"
" Tiga bulan itu seperempat tahun. Jauh dari target. "
" Kamu diam-diam menghanyutkan, aku jadi suka padamu." ucap Jean sambil cengenges.
Aldi tertawa dalam hati. Aku sudah tak memilihmu. Bokongnya sudah tidak menarik. Lebih asik mendengar teriakan Della yang merdu saat menawarkan dagangan.  Lebih asik punya istri yang bersuara ramah dan merdu ketimbang ketus sepertimu.
" Kukira kamu berharap pak Sunadi menjadikanmu simpanannya." Skak Aldi.
Mata Jean melotot " Coba ngomong sekali lagi !" tangannya terangkat. Mata Sari melotot, sementara Surya melihat tapi pura-pura menoleh ke tempat lain.
" Kamu ingin ceritaku fantastis dan bombastis, ditampar sekretaris bos pasti lumayan bombastis."
Jean menurunkan tangannya, memelototi Sari, mengumpat " Apa liat-liat ! Kerja !" lalu beralih menatap Aldi. " Ceritamu basi !" jempol ditekuk ke bawah agar mengenai dahi Aldi.
Aldi hanya tersenyum, malas meneruskan obrolan, kembali bekerja seperti tidak ada kedatangan Jean ke belakangnya.

Ada tempelan lagi di pintu belakang. Aldi menemukan tempelan itu saat bangun pagi dan  ingin ke belakang untuk mandi dan menggosok gigi. Kali ini ia takut kertas itu menghilang lagi. Direnggutnya kertas itu pelan, dibaca :
Tolong belikan resep ini di toko Obat Bahagia. Katakan ini obat asma Oyong Tosan. Tolong sekalian rebus 3 gelas air hingga tinggal segelas. Tolong antar ke Jalan Kemenangan 84 jam 7 malam  Kamis ini.
Aldi mengira ia akan dipancing ke Kali Krukut untuk diantar ke masa silam seperti dulu untuk melihat korban kerusuhan Mei 98 yang hangus dan gosong, agak terhenyak melihat tulisan itu penuh dengan kata tolong. Di bawahnya terdapat tulisan mandarin coret moret yang tak dimengertinya.
" Hantu meminta tolong pada manusia ? Apa hantu sekarang sudah kehilangan keseramannya ? " gumam Aldi. Dipelototi kertas itu hingga 10 menit, berhadap tulisannya sirna layaknya filem horor yang sering ditontonnya, tapi hurup-hurup itu tetap eksis. Dimasukkan kertas itu ke dalam saku dan ia meneruskan perjalanan ke kamar mandi.
Sambil mandi ia berpikir. Ini saatnya membalas kesombongan Jean. Dibawanya kertas itu ke kantor.
Semalam Aldi menyekak Jean terlalu keras. Hari ini Jean membuang muka saat Aldi tiba di kantor. Aldi bekerja seperti biasa. Jam sepuluh barulah ia membawa kertas itu ke meja kerja  Jean.
" Kamu mengatakan ceritaku basi. Ini mungkin bumbu penyedapnya. Kertas ini kutemukan tadi pagi di pintu belakang." Aldi menyodorkan kertas itu.
Jean menerima sambil mengerutkan dahi. Aldi tersenyum melihat kejaiman Jean. Jean membaca, lalu menatap Aldi.
" Ini tulisan tangan manusia." Kata Jean.
" Kamu pernah ikut aku pulang, pernah ikut melihat Gadis Bercadar itu menghilang, muncul selembar kain hitam. Kain hitam melayang-layang, lalu menghilang. Okelah. Kukira itu ulah manusia juga." Aldi ingin berlalu. Kertas itu dibiarkan dipegang Jean.
" Tunggu !" suara Jean masih ketus.
Aldi balik badan. " Menunggu perintah," Aldi berusaha mencairkan suasana.
" Ini tulisan spidol permanent marker. Hanya manusia yang bisa menulis dengan spidol. Hantu menulis dengan penuh keajaiban. Jika ia ingin meminta tolong, tulisannya pasti dengan tinta cina dan kuas, atau mopit, tulisan akan hilang secara ajaib setelah dibaca."
Aldi hilang senyumnya. " Okelah, kuanggap ini ulah orang usil. Boleh kertas itu dikembalikan ? " pinta Aldi.
" Najis aku memegang tipuan seperti ini." Jean melempar kertas itu. Kertas itu melayang-layang dan jatuh di kaki Aldi. Aldi memungut dan dimasukkan ke saku bajunya.
Sambil berjalan kembali ke meja kerjanya, Aldi berpikir. Semua pintu dan jendela dikunci. Setiap malam ia memeriksa dengan teliti sebelum tidur. Walau ia tak punya barang berharga, tapi ia punya sebuah laptop usang yang dibelinya ketika ingin menyusun skripsi. Itu barang paling berharga yang dimiliknya. Ia tak berharap laptop itu hilang.
Bagaimana mungkin seseorang bisa masuk, menulis selembar kertas berisi permintaan tolong, lalu keluar lagi tanpa menimbulkan bekas dan jejak ?
Apa orang itu begitu isengnya bersusah payah masuk hanya untuk memintanya membelikan sebungkus obat herbal ?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun