Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Wis Rai Gedhek, Ngathok Sisan. Diamput!

31 Juli 2010   19:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 2541 0

Seorang sahabat istri saya datang berkeluh kesah mengenai rekan kerjanya, Annu Menganu. Menurut dia, Annu adalah seorang yang sifat dan kelakuannya sangat menjengkelkan. Annu seorang rai gedhek. Rai artinya wajah atau muka. Gedhek adalah anyaman dari bambu yang biasanya dipakai untuk dinding rumah (desa). Jadi, secara harafiah rai gedhek berarti wajah atau muka yang seperti dinding dari anyaman bambu. Tetapi secara kiasan, rai gedhek berarti seseorang yang tidak tahu malu. Malu-maluin, malahan.

Wis rai gedhek, ngathok sisan. Diamput! Sang sahabat menumpahkan rasa dongkolnya terhadap sikap dan tingkah laku Annu. Ngathok? Kathok artinya celana pendek. Ngathok bukan berarti memakai celana pendek, tetapi menjilat atasan atau majikan. Seseorang dikatakan ngathok jika dia berusaha menyenangkan atasan atau majikannya dengan segala cara, termasuk dengan mengorbankan rekan-rekan kerjanya. Bagi seseorang yang punya sifat ngathok, yang penting dia mendapat ‘nama baik’ di depan sang boss. Dan, itulah salah satu sifat Annu yang dikeluhkan oleh sahabat isteri saya. Pertanyaan yang timbul di benak saya, “Apakah majikan yang dikathoki itu tidak merasa bahwa Annu itu selalu ngathok kepadanya?” Atau, jika dalam bahasa Indonesia yang ‘baku’, “Apakah sang majikan yang dijilati itu tidak merasa bahwa Annu selalu menjilati dirinya?” Geli, risih, jijik.

Wis rai gedhek, ngathok sisan. Diamput! Diamput adalah ungkapan makian khas Suroboyo yang sudah dikromo-inggilkan, aslinya adalah ‘jan…….. !!’

Ungkapan seperti rai gedhek (tidak tahu malu), lambe turah (= bibir lebih, suka bergosip dan memfitnah), cangkem rusak (= mulut rusak, suka mengumpat atau misuh), dan tumbak cucukan (= cucuk/mulut yang suka mengadu) digunakan ketika seseorang mengungkapkan kekesalan atau kemarahan.

Bahasa Inggris juga memiliki ungkapan yang menggunakan anggota badan, tetapi tidak selalu berkaitan dengan ungkapan rasa kesal. Ungkapan itu, misalnya, fat-bottomed (berbokong semok), full-breasted (berdada montok), deel-el (dan lain-lain). Ungkapan-ungkapan tersebut tidak saya sertakan dalam tulisan ini karena kuatir dapat membuat pesan dalam tulisan ini menjadi kabur (tidak jelas). Karena itu, ungkapan-ungkapan tersebut saya publish di English Community.

Kembali kepada sang sahabat. Sudah nggak tahu malu, menjilat lagi. Sialan! Adalah wajar bagi sang sahabat untuk mengungkapkan kekesalannya dengan kalimat tersebut, karena dia adalah salah seorang korban perkathokannya si Annu. Dalam bekerja (apalagi jika memiliki rekan dan atasan), benturan-benturan seperti itu sering terjadi.

Saya memang tidak mengatakan sepatah katapun terhadap ungkapan kekesalan sang sahabat, karena saya tidak berada pada posisi itu. Tetapi sekedar berpendapat, inilah pendapat saya. Jika kita adalah sang rai gedhek atau pengathok, bertobatlah. Karena akan datang waktunya gedhek dimakan rayap dan kathok dipenuhi tumo. Jika kita punya rekan kerja yang rai gedhek dan pengathok, biarkan sajalah. Kalau memungkinkan, ubah gedhek menjadi tembok dan kathok menjadi celana jeans. Sebab, dengan berkeluh kesah saja tidak akan mengubah keadaan. Begitu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun