Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Narsisme "Dahlan Iskan" Jawa Pos?

22 Desember 2012   18:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 6472 3

Headline/halaman depan sebuah koran lazimnya memuat berita-berita yang paling penting dan/atau menarik perhatian besar publik. Jadi, tidak sembarang berita yang layak tampil di halaman depan sebuah koran, apalagi menjadi headline-nya. Lebih-lebih lagi kalau itu setiap hari berturut-turut. Kalau ada suatu berita yang menjadi headline sampai beberapa hari berturut-turut seharusnya itu berita yang sangat besar dan sangat penting. Kalau sudah begitu, logikanya tidak satu koran saja yang menjadikan berita itu sebagai headline selama berhari-hari berturut-turut, tetapi banyak koran yang menempatkan berita tersebut juga di headline-nya.

Sejak Dahlan Iskan diangkat menjadi Menteri BUMN, sangat sering koran Jawa Pos memberitakan kegiatan-kegiatannya. baik kegiatan dinas, maupun kegiatan di luar dinas. Bahkan sekarang, setiap hari Senin, Menteri BUMN Dahlan Iskan menulis untuk Jawa Pos. Themanya khusus: "Manufacturing Hope." Mengenai segala upaya dan kegiatan memajukan BUMN-BUMN. Letaknya di halaman depan koran tersebut, dengan slogan: "Kerja, kerja, kerja!"

Semua itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Tidak ada yang aneh. Sebalinya, tulisan-tulisannya yang di hari Senin itu, banyak yang bagus dan bermanfaat.

Tentang pemberitaan-pemberitan kegiatan Dahlan Iskan yang rajin diwartakan Jawa Pos itu, kita diharapkan maklum saja, sebab pemilik Jawa Pos tidak lain adalah Dahlan Iskan itu sendiri. Meskipun, sekarang dia telah pensiun dari semua jabatannya di Jawa Pos. Diganti oleh putra mahkotanya, Azrul Ananda, yang mewarisi kehebatan ayahnya dalam mengelola koran.

Tetapi, kalau sampai berita remeh-temeh tentang Dahlan Iskan, yang secara standar jurnalistik tidak layak berita, juga sering diberitakan di Jawa Pos, saya merasa ini mulai patut dipertanyakan. Apalagi kalau berita remeh-temeh itu ditempatkan di halaman depan koran Jawa Pos.

Halaman depan Jawa Pos, Sabtu, 22 Desember 2012, menarik perhatian saya. Bukan karena ada berita penting di sana. Tetapi justru sebaliknya, ada berita remeh-temeh di sana. Kok berita seperti itu diletakkan di halaman depan? Oh, ternyata karena orang yang membuat berita itu adalah Dahlan Iskan lagi. Informasinya tentang apa? Ternyata hanya tentang Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika berkunjung ke Makassar, menyempatkan diri merapihkan rambutnya di sebuah salon. Bayangkan saja, Dahlan Iskan potong rambut di sebuah salon di Makassar saja beritanya di halaman depan Jawa Pos!

Apa nilai berita dari informasi tersebut? Apa kriterianya sampai ditempatkan Jawa Pos di halaman muka korannya? Apakah semata-mata karena sang Menteri adalah “Pak Boss” dari awak Jawa Pos?

Narsisme ala Jawa Pos?

Kesan narsisme Jawa Pos pernah juga terasa ketika Dahlan Iskan ngamuk di pintu tol Semanggi, Jakarta, pada Maret 2012 lalu. Besoknya, Jawa Pos menurunkan berita itu sebagai headline-nya, dengan judul berita ditulis dengan huruf-huruf besar dan tebal. Lebih besar dan tebal daripada headline pada umumnya. Lengkap dengan gambar grafisnya, yang juga besar-besar. Praktis hari itu headline Jawa Pos tentang ngamuknya Dahlan Iskan di tol Semanggi itu menyita lebih dari separoh halaman depan Jawa Pos.

Namun itu belum seberapa.

Ketika hubungan antara Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan anggota DPR memanas, terkait dengan ucapan Dahlan tentang anggota DPR yang tukang peras Direksi BUMN, tidak tanggung-tanggung Jawa Pos terus-menerus selama sekitar dua minggu berturut-turut (sekitar tanggal 26 Oktober – 7 November 2012) menjadikan konflik Dahlan Iskan vs DPR itu sebagai headline-nya! Tentu saja dengan pemberitaan yang selalu menguntungkan Dahlan Iskan.

Apakah itu normal ditinjau dari aspek jurnalisme?

Menurut anda?

Berikut ini adalah berita konflik Dahlan Iskan dengan anggota DPR yang selama sekitar dua minggu berturut-turut dijadikan headline  Jawa Pos itu:

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun