Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Mari Baca Seputar Fakta Kopi Sumatera

24 Juni 2014   20:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:16 937 2
Kopi Indonesia Kopi Terbaik Dunia

Lembaga Keuangan Internasional (International Finance Corporation/IFC) menyatakan sektor pertanian Indonesia telah memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat (energitoday.com/05 Agst 2013). Seluruh dunia juga sudah tahu bahwa Indonesia merupakan negara kaya sumber daya alam. Salah satunya dalam menghasilkan komoditi kopi. Berdasarkan data 2013, Indonesia penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam yang kemudian disusul oleh Colombia. Karena alasan tersebut Indonesia termasuk dalam urutan 5 (lima) besar pemain kopi spesial di kancah Internasional, sekitar 95%. Kopi dunia yang terkenal adalah kopi Arabika dan Robusta. Indonesia mengekspor jenis kopi Arabika dan untuk jenis Robusta lebih cenderung konsumsi sendiri di dalam negeri. Kopi Arabika lebih mahal daripada Robusta, memiliki aroma khas dan rasa pahit yang tidak terdapat pada kopi Robusta. Keberadaan kopi Arabika di pasar dunia 65% dan Robusta 35%.

Sumatera merupakan wilayah penghasil biji kopi terbesar di Indonesia, mulai dari Lampung, Bengkulu, Aceh hingga Sumatera Utara. (wikipedia.com) Kopi Sumatera merupakan salah satu varietas kopi yang berasal dari Sumatera yang bertekstur paling halus dan bercita rasa paling berat dan kompleks diantara beragam kopi di dunia. Sebagian besar kopi Sumatera diproses secara kering (dry-processed), tetapi sebagian lagi melalui proses pencucian ringan (semi-washed).

Sumatera Utara menghasilkan jenis kopi Arabika dan Robusta. Dua jenis kopi tersebut tumbuh di dataran pertanian Sumatera Utara yang subur. Sumatera Utara memiliki 33 Kabupaten/Kota, namun daerah-daerah terkenal penghasil kopi, yakni Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Simalungun, Dairi, Karo, Mandailing dan Tapanuli Selatan. Dari kesembilan daerah penghasil kopi Sumatera Utara tersebut dua diantaranya menghasilkan kopi jenis arabika dan robusta, sedangkan tujuh lainnya hanya menghasilkan jenis kopi arabika.

Petani Kopi Sumatera Utara

Kalau bukan karena jasa para petani di sana mungkin hingga saat ini kita tak bisa menikmati satu gelas kopi nikmat racikan nusantara. Banyak permasalahan dalam kenyataan petani dan kopi Sumatera Utara.


  1. Fenomena peralihan peruntukan tanah dari kopi ke sawit mulai banyak terjadi di Sumatera, karena terlalu minim keuntungan finansial yang didapatkan dari menanam kopi (kompasiana.com/Piere Barutu/06 Okt 2012). Tuntutan biaya hidup sehari-hari cenderung mendorong petani kopi Sumatera Utara beralih menjadi petani kebun kelapa sawit. Perputaran modal dan laba keuntungan menjadi patokan para petani untuk terus bekerja menghasilkan uang demi kebutuhan hidup. Bila panen sedikit maka penghasilan pun berkurang, bila lahan mendukung untuk peralihan dan itu pun menjadi solusi pencapaian target. Sangat disayangkan bila petani kopi beralih menjadi petani kebun kelapa sawit. Hal ini sangat merugikan hasil panen kopi di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Data produksi tanaman kopi setahun akan berkurang sebagaimana yang diharapkan. Padahal bila ditinjau dari bentuk dataran pertanian sangat potensial menghasilkan biji-biji kopi berkualitas.
  2. Sebanyak 80% petani kopi Sumatera Utara adalah wanita, namun mereka sering tidak dilibatkan dalam berbagai pelatihan/peluang pengembangan diri (energitoday.com/05 Agst 2013). Berdasarkan data/informasi itu, keadaan petani kopi Sumatera Utara cukup memprihatinkan. Bermodalkan pengalaman dan pengetahuan terbatas petani kopi Sumatera Utara terus berproduksi. Tanpa pembekalan ilmu tambahan seolah petani kopi buta akan pembaharuan. Pun sudah pasti berpengaruh pada hasil produksi dalam setiap tahun. Petani Indonesia jelas masih butuh modal pengembangan diri mencegah ketertinggalan dalam persaingan perdagangan internasional.
  3. Kelemahan kopi Indonesia; kecepatan panen yang lambat dikarenakan tidak menggunakan bahan kimia (kompasiana.com/Piere Barutu/06 Okt 2012). Tanaman kopi Sumatera kebanyakan menggunakan pupuk kandang tanpa bahan kimia sehingga memperlambat masa panen. Masalah lainnya adalah kurangnya penyuluhan cara bertanam serta memetik yang benar pada petani kopi. Padahal bentuk dataran pertanian kopi di Brazil mirip dengan lahan kopi di Sumatera, tepatnya Sumatera Utara. Bila dimanfaatkan akan mendapatkan hasil yang baik.
  4. Biji-biji kopi hebat Indonesia hanya diolah dengan cara tradisional (kompasiana.com/Patrick S. Hutapea/22 Feb 2014). Selain olahan tradisional sesungguhnya kopi Indonesia membutuhkan olahan modern sehingga negara kita memiliki brand khusus pada produk kopi. Tidak hanya mengekspor lalu memberikan kesempatan kepada negara lain melakukan inovasi, namun Indonesia juga berhak memiliki produk kopi spesial yang bisa dinikmati oleh setiap kalangan di dalam negeri. Karena produk dan merek lokal bisa menjadi pilihan nomor satu di rumah sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun