Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Respon Islam Nusantara terhadap Budaya

3 April 2020   01:30 Diperbarui: 3 April 2020   01:28 112 1
A.  Sinkretisme Islam Nusantara

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M, sedangkan ke Jawa pada abad ke 15 M. Terdapat dua lingkungan yang dominan di tanah Jawa, diantaranya lingkungan kerajaan yang banyak unsur hedomisme dan lingkungan pedesaan. Pada saat itu terjadi interaksi antara budaya asing dengan budaya lokal, budaya asing yang dimaksud merupakan Islam. 

Islam datang ke Indonesia dikatakan budaya asing yang kemudian masuk ke Jawa dan berinteraksi dengan beberapa budaya lokal yang ada, yang mana saat itu di Jawa masih banyak yang menganut kepercayaan yang dibawa oleh nenek moyang, seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Buddha. Interaksi Islam dengan budaya di Jawa menghasilkan budaya batu yang disitu merupakan keserasian dan keseimbangan antara kedua budaya tersebut.

3 hal pokok penyebab lahirnya sinkretisme di Jawa, yaitu :

1. Faktor kemunduran Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Akibat dari kemunduran Islam pada masa dinasti Abbasiyah dapat menyebabkan kelemahan bagi pemikiran Islam, dan berdampak pada metode penyiaran Islam, sehingga metode penyiaran Islam menjadi apresiatif toleran terhadap budaya lokal yang ada.

2. Pandangan Masyarakat Jawa "Tepo Seliro"

Tepo seliro dalam bahasa Indonesia adalah sifat keterbukaan atau mudah menerima. Masyarakat Jawa memiliki sifat keterbukaan, sehingga mudah dalam menerima budaya asing dari luar atau yang merupakan Islam. Dengan keterbukaannya masyarakat kawa tersebut, mengakibatkan penyebaran Islam mudah diterima secara damai dan tidak menimbulkan konflik.

3. Sebelum Islam masuk ke Jawa, masyarakat Jawa menganut kepercayaan yang dibawa oleh nenek moyang, yaitu animisme, dinamisme, hindu, dan buddha. Namun dari 4 kepercayaan tersebut, ada 2 kepercayaan yang memiliki ajaran yang sama, yakni hubungan antara Tuhan dengan makhluknya, maupun sebaliknya. 

Dalam Islam juga terdapat ajaran tentang hubungan Tuhan dengan makhluknya, atau yang biasa dikenal dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Di Jawa, Tuhan dikenal sebagai wujud pencipta alam semesta, sedangkan dalam Islam, Tuhan dikenal sebagai wujud yang harus d.sembah oleh manusia dengan cara pengabdian dan ibadah.

Dari ketiga hal pokok terebut maka menghasilkan sinkretisme Islam Nusantara atau ajaran baru. Ajaran baru yang dimaksud merupakan ajaran Islam Nusantara yang dihasilkan dari perpaduan Islam dengan budaya lokal di Jawa, namun bukan berarti agama Islam yanh lainnya, melainkan corak Islam yang berpadu dengan budaya lokal yang ada di Jawa. Penyebaran Islam, atau ajarannya juga tetap sesuai syariat Islam yang ada, namun ada corak yang baru.

Praktek Sinkretisasi Islam di Nusantara diantaranya sebagai berikut :

1. Adanya penyebutan Tuhan

Dalam Islam penyebutan Tuhan yaitu Allah, Rabb, Ilahi, atau istilah dalam Asmaul Husna. Namun Islam Nusantara di Jawa penyebutan Tuhan bervariasi, seperti Gusti Allah, Pengeran, dan Sang Hyang Moho Agung. Proses sinkretisasi Islam di Jawa menghasilkan penyebutan Tuhan yang bervariasi, namun tetap sesuai dengan kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan yaitu menyembahnya dengam cara ibadah dan beramal shaleh.

2. Pelaksanaan tradisi di Nusantara

Pelaksanaan ibadah Islam di Nusantara, tepatnya di Jawa dilihat pada saat adanya orang meninggal. Dahulu, sebelum Walisongo datang, masyarakat jawa datang ke rumah duka, berkumpul dengan sanak keluarga dan tetangga. Mereka  berkumpul berniat untuk menghibur keluarga duka, namun caranya yang kurang benar, yakni dengan bermain judi, bermain wanita, mabuk-mabukan, dan kegiatan negatif lainnya. Namun, kemudian Walisongo masuk, berdakwah di Jawa, mengubah tradisi terebut dengan acara mengaji, membaca yasin, dan diakhiri dengan makan bersama. Sehingga muncullah tradisi baru di Jawa.

Tradisi lainnya di Jawa yaitu pada saat Idul Fitri, saat idul Fitri kita dianjurkan untuk saling bersalaman dan saling memafkan. Di Jawa istilah bermaafan tersebut disebut dengan Sungkeman atau sama artinya dengan bersalaman dan bermaafan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun