Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Mengusir Emosi Negatif di Tempat Kerja

17 November 2019   18:25 Diperbarui: 17 November 2019   18:36 186 4
Namanya manusia sudah pasti memiliki emosi. Sebab manusia terdiri dari tiga unsur utama yakni, jasmani, rohani, dan psikologi (psikis). Dan salah satu elemen psikologi adalah emosi. Dengan emosi, manusia dapat merasakan sesuatu yang bersifat abstrak namun mempengaruhi kondisi seseorang secara keseluruhan.

Emosi memiliki peranan penting dalam diri seseorang. Meskipun memiliki akal, namun terkadang akal itupun dapat kalah dengan emosi. Sehingga justru akal berjalan di bawah kendali emosi. Syukur bila emosi positif. Tapi bagaimana bila emosi negatif?

Emosi negatif atau perasaan buruk (bad mood) dapat membuat seseorang merasa terjatuh (down). Kondisi psikis seperti itu mempengaruhi dirinya dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan. Baik kerjaan di kantor maupun dalam bisnis mereka. Karenanya emosi ini perlu dikelola secara tepat.

Dengan cara apapun kita harus bisa menaikkan mood kita ketika merasa down. Kalau tidak maka akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Akhirnya semua akan menjadi masalah bagi produktifitas dan menganggu rekan kerja yang lain.

Seburuk apapun suasana hati dan situasi yang kita hadapi. Seseorang harus mampu mengendalikan emosi dan keluar dari situasi terpuruk itu. Kita harus belajar untuk menata mood dengan sebaik-baiknya meskipun dalam tekanan berat. Ntah karena ulah rekan kerja atau dimarahi pimpinan. Kemampuan menyusun emosi diperlukan agar kita dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan dan tanggung jawab, juga tidak membebani teman.

Namun, apakah ini adalah hal yang mudah? Tentu saja tidak. Wajar bila kita merasakan gejolak emosi di tempat kerja, baik itu dalam pengertian positif maupun negatif. Sebab, seperti yang dikatakan oleh Anne Kreamer, penulis buku It's Always Personal, Navigation Emotion in the New Workplace, emosi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri, seperti halnya metabolisme dan refleks otot.

Kemudian, apa yang harus kita lakukan bila merasakan gejolak emosi di tempat kerja? Apakah tak masalah jika kita bersikap emosional di lingkungan kerja? Bagaimana pun menurut Kreamer, apapun yang dilakukan ditempat kerja selalu melibatkan emosi dalam semua tindakan dan pengambilan keputusan.

"Sekarang, kita sudah tidak lagi dihadapkan kepada ancaman fisik (seperti di zaman purba). Kita dihadapkan dengan ancaman kognitif. Agresivitas verbal menciptakan emosi yang sama (dengan apa yang terjadi saat manusia menghadapi hewan buas di masa lalu)," kata Kreamer, seperti dikutip oleh Forbes pada 2013 sebagaimana dipublikasikan kumparan.com.

Karenanya Anda harus memiliki softskill tertentu secara khusus untuk mengimbangi perubahan mood di tempat kerja. Misalnya selalu berpikir positif, sabar, dan menilai diri secara proporsional, tidak gampang terprovokasi dengan situasi, dan pandai membangun hubungan dengan sesama rekan kerja.

Perlu diketahui bahwa kecemasan sering muncul pada setiap orang di tempat kerja. Biasanya ketika tekanan pekerjaan dan tuntutan owner kian meningkat. Meskipun hal semacam itu sudah lumrah namun emosional bisa saja terjadi labilitas. Kondisi ini akan terbawa dalam sepanjang aktivitas kerja. Kita harus memahami bila emosi negatif dapat menular ke rekan-rekan kerja yang lain.

Oleh sebab itu, emosi negatif perlu dilepaskan terlebih dahulu sebelum, misalnya Anda ikut rapat. Membebaskan diri dari rasa cemas dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan ringan. Yang terpenting adalah bagaimana Anda dapat mengusir efek negatif dari emosi yang timbul dan menganggu kinerja.

Berikut aktivitas yang patut dicoba untuk membantu memulihkan bad mood yang muncul. Cobalah Anda mengambil waktu untuk menyendiri beberapa saat dengan melakukan meditasi sambil menguasai diri. Ini dapat dilakukan di ruang kerja sendiri, dan dapat dicoba sambil memutar musik atau mendengarkan murotal Al Quran.

Selain itu, bagi Anda yang muslim ambil waktu sejenak untuk melaksanakan shalat sunnah. Bila pagi sebelum masuk rapat, Anda dapat melakukan shalat dhuha dan zikir pagi.

Cara sederhana lainnya yang layak dipertimbangkan adalah cobalah untuk tidak reaktif terhadap persoalan yang muncul apalagi bila itu "sabotase" rekan kerja yang tidak ingin melihat kita bahagia. Tariklah nafa dalam-dalam sebagaimana diajarkan oleh ahli terapis psikologi, lalu lepaskan secara perlahan-lahan.

Banyak juga diantara kita yang secara terbuka mengungkapkan secara verbal emosi mereka pada orang-orang yang dituju. Bahkan dalam rapat kerja pun tidak sedikit mereka yangv"curhat" dari apa yang dialaminya. Kemudian, bila merasa geram dalam suatu diskusi, kita juga bisa menenggak segelas air untuk menenangkan diri, sebelum kembali melanjutkan percakapan.(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun