Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Slendroisme

27 Februari 2011   15:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 493 0
Sering kita menunjuk orang yang "berlaku aneh", baik pemikiran, bertutur kata maupun bernarasi tulis, dengan sebutan "Orang Slendro". Orang slendro ini memang memiliki kecenderungan tidak sama dengan kebanyakan orang sehingga dibilang pemberontak atau "Keluar dari Pakem". Flashback dahulu. Slendro adalah Laras paling awal yang digunakan untuk Gamelan Jawa, sebelum Pelog itu muncul. Laras Slendro memiliki keunikan dimana jarak antar nada itu berjarak sama: 1, 2, 3, 5, 6 (namun kesan yang terbaca justru tidak urut). Kalau orang Jawa bilang "Itu adalah Nada paling Lurus/jejeg/bener", sedang Pelog berasal dari kata "Pelo" diartikan "blero"/sumbang/tidak lurus. Nada/laras Slendro ini tidak memiliki dualisme, sedang pelog memilikinya. Pelog memiliki Pelog Bem dan Pelog Barang. Pelog Bem adalah tidak menyentuh/menabuh wilahan 7 sedang barang tidak menyentuh wilahan 1. Pelog miliki nada yang berjarak berbeda antar nada walau kelihatannya urut: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Inilah keunikannya. Slendro kesannya tidak urut tetapi justru jarak antar nada tetap dan tidak punya dualisme, sedang pelog sebaliknya. Amenangi jaman edan, ora ngedan ora keduman melik. Jadi bila sekarang orang jujur, malah dibilang edan. Orang punya kesempatan menerima yang bukan haknya walau tidak diketahui banyak orang, tetapi tidak mengambilnya, akrab dengan sebutan gila. Berpikir yang tidak sejalan dengan pemikiran kebanyakan orang dibilang Slendro alias aneh! Wolak waliking jaman: Orang waras dibilang gila, orang gila dibilang benar. Bila berpikir mengikuti laras gamelan, mungkin inilah perlunya, "Kegilaan menuju waras sejati". Kembali menganut Slendroisme. [HKB]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun