Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mata Jingga

22 Januari 2011   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:17 66 1
Sekapur Sirih

Siapa pun boleh menyambung kisah ini, karena ingin mewujudkan keinginan Kong Agil dan saudara-saudara kompasianer lainnya, bahwa di dunia maya ini bisa melahirkan karya berkualitas dan bermutu tinggi. Tuntutan utama adalah ketekunan menggali diri membangun sinergi. Bukan sampah maya tapi benar-benar sesuatu yang bermakna. Bukan sampah di etalase Gramedia kalau boleh disebut merk toko buku dan penerbit ternama plus terutama, karena di wadah ini aku turut yakin disebut sebagai penulis sebenarnya. Mari saudara-saudaraku... kita memulainya....

Hari Pertama

Mata Jingga menatapku tajam, tidak lama. Sekejap saja. Di antara gelap, dia tahu benar aku merekamnya, maka hanya sejenak memberi kerjap. Tiap kerjapan tentunya menawarkan kepekatan. Bukan sekedar malam yang menyajikan gelap, ini malam sungguh menyergap untukku lebih sigap.

Mata Jingga menjauh... menghilang, menyatu dalam kepekatan senyap. Kedua tanganku gemetar memegang kamera, auman dan geramannya menyatu dalam hidupku. Aku berpikir, benarkah aku Singa, seperti betina yang menggauliku di ranjang sana. "Mas istimewa, seperti Singa Perkasa... aku bangga dalam rengkuhannya." Usai dengus bersama... detak-detak itu memang terus ada.... Mungkinkah, Mata Jingga dalam gelap itu kekuatan nyata, menyatu di tubuh jiwa fana, yang menyapamu sebagai saudara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun