Mohon tunggu...
KOMENTAR
Beauty

Baju Syari Mahal, Why Not?

1 Juni 2019   16:01 Diperbarui: 1 Juni 2019   16:15 59 1
Pertahananku jebol juga utk tidak menulis apapun di bulan Ramadhan termasuk review c-drama (termasuk tidak menontonya juga).
Bukannya sok agamis, sok alim, tapi karena emang lagi pengen me-challenge diri (SueEvi pasti kedutan baca kata itu, behahaha) apakah bisa menahan diri terhadap apa yg biasanya disukai tiap harinya.
Dan aku mampu sampe 28hari guys,
I am so proud of my self.
Hahahahaha.

Dari dulu, dari pas pertama kali dengar pepatah ini, kira-kira bertahun-tahun lalu, aku dah gatel pengen komentarin dan beropini.
Cuma karena akunya yg terlalu pengecut, ya baru sekarang keluarnya.
Itu lho pepatah kata mutiara word wisdom like "sebagus apapun pakaianmu cuma kain kafan yg kau bawa saat mati"
Ga persis sama sih tapi kalian pasti tahu kan pepatah mana yg aku maksud?

Disclaimer juga ya gengs, tulisanku ini merupakan semacam writing reaction dari tulisan yang ada di mojok.co, yg linknya aku taro dibawah, yang kebetulan juga membawa word wisdom yg aku sebutin sebelumnya.
Jadi aku harap sih ga melebar ke mana-mana.

Tulisan di mojok itu berawal dari ke-gemetar-an penulis melihat "harga segitunya" sebuah gamis syari dalam gerakan hijrah yang dikomersilkan.
Yang kemudian merambat ke opini dia tentang acara Hijrah Fest.
Well, aku tidak akan mengomentari opini dia tentang Hijrah Fest, namun ke "harga segitunya" gamis syari ketika akan berhijrah.
Titik.

Aku mengutip
"Namun, yang harus diperhitungkan di awal, jangan sampai fenomena-fenomena seperti ini hanya dijadikan sebagai lahan bisnis belaka. Dengan berlomba-lomba mendalilkan produknya sebagai yang paling syar'i, sampai-sampai memberi label halal produk dan jasanya. Laiknya sebuah ceramah yang pernah saya dengar, "Hidup di dunia hanya sementara, Ukhti. Segemerlap dan sehalus apa pun yang kau pakai saat ini, hanya ada satu kain yang membungkus kita semua, kelak ketika meninggal.""

Huft... kalimat penulis diatas itu membuatku menarik nafas panjang.
Kalimat itu benar tapi juga mempunyai sisi lain yang salah menurutku.
Coba kita telaah satu persatu yaa

Satu, aku belum menemukan seller atau produsen yang mengklaim produknya paling syari.
Yang paling lho yaa.. yang menonjol diantara lainnya
Kalo kalian menemukannya, tolong beritahu ya

Dua, apa yang salah dengan menjadikan gerakan hijrah sebagai lahan bisnis?
Emang dimana kita bisa mendapatkan barang atau ilmu yang bisa diakses free oleh semua orang?
Semua produk syari yang ada di pasaran not free unless it donated.

Ga ada produk syari baik barang atau jasa yang free as air hujan.
Tau air hujan kan?
Tuh air tanpa kita minta tanpa kita usaha ya bakalan kita dapatkan dan merata dapatnya ke semua orang.
Nah, produk syari ga ada yg se-free itu.
Bisa aja sih kamu dapat free gamis, free khimar ketika ada baksos donasi, namun ke-free-an itu ga bisa dinikmati semua orang lho, literally.

Semua produk syari itu baik yg terjangkau ato yg mahal ala sultan memerlukan cost buat memproduksinya dan memasarkannya hingga end user.
Semuanya all about bussines from beginning till end.

Even jika kita membeli gamis syari mahal itu bisa pula diartikan membantu keuangan banyak orang lho.
Kan karyawan produksi gamis mahal branded kek Ria Miranda atau Jawhara pastilah banyak, belum adminnya, belum karyawan pekingnya, belum agennya, belum distributornya, belum resellernya.
Kebayang banyaknya kan?
Terutama jika dibandingkan dengan produk syari yg murah.
Salahnya dimana jika ada orang yg mencari nasi dari berbisnis produk syari ?

Trus apa salahnya juga jika tuh gamis dijual mahal?
Kan ada harga, ada rupa.
Ada orang atau tim yang pintar bin lihai di dalamnya.
Yang salah adalah kalo overprice atau elu-nya yg udah tau kaga punya uang tapi maksa beli. Hahahahaha

Tiga, aku mengutip ".. sampai-sampai memberi label halal pada produk dan jasanya".
Yaelaaa... justru itu yg kita perlukan kita membeli sesuatu.
Sometimes label halal itu sangatlah perlu seperti pada makanan, makeup, perbankan, namun juga bisa jadi memicu perdebatan lainnya jika diterapkan ke sepatu atau pakaian atau mungkin lainnya seperti kuas cat tembok?
FYI, ada lho kuas cat tembok atau sepatu yg terbuat dari kulit babi.
Bukankah akan sangat baik dan tidak menimbulkan perasaan was-was "halal ga ya ini" jika sudah ada label halalnya?

Empat, yang paling ga sabar aku tulis, adalah kata mutiara "Hidup di dunia hanya sementara, Ukhti. Segemerlap dan sehalus apa pun yang kau pakai saat ini, hanya ada satu kain yang membungkus kita semua, kelak ketika meninggal"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun