Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop

Martabat di atas Makanan : Perbandingan Filosofi Jawa dan Maslow

10 September 2025   15:39 Diperbarui: 10 September 2025   15:39 23 2

Apakah pernah mendengar filosofi jawa sandang , papan dan pangan? Kali ini saya ingin berpendapat sendiri dalam mengartikan filosofi itu, mengapa urutannya begitu dan mengapa masih relevan setidaknya hingga hidup sekarang.

Filosofi sandang, papan dan pangan hingga saat ini saya tidak menemukan siapa yang pertama mencetuskannya, namun berkembang sendiri di Masyarakat utamanya di Jawa. Kebudayaan Jawa memang salah satu yang kaya akan filosofi di Indonesia bahkan tentang hubungan suami istri, hal ini bisa terjadi karena Sejarah Panjang, interaksi budaya dan cara pandang yang unik dalam memandang kehidupan suku jawa sendiri.

Pernahkah mendengar tentang Hierarki Kebutuhan Maslow yang ditemukan oleh psikolog Amerika bernama Abraham Maslow, dalam dalam sebuah artikel ilmiah berjudul "A Theory of Human Motivation" di tahun 1943. Teori ini kemudian menjadi sangat populer dan dikenal luas di berbagai bidang, mulai dari psikologi, manajemen, hingga Pendidikan. Teori ini mungkin bisa kita ambil sebagai pembanding filosofi Sandang, Papan dan Pangan walaupun kurang pas, hanya saja untuk memperjelas bagaimana orang jawa memandang kehidupan saja.

Model Hierarki Kebutuhan Maslow menempatkan kebutuhan manusia dalam piramida dari yang paling dasar hingga paling tinggi:

  1. Fisiologis: Makanan, air, dan tempat berlindung.

  2. Keamanan: Keselamatan pribadi dan finansial.

  3. Sosial: Cinta dan rasa memiliki.

  4. Penghargaan: Martabat dan status.

  5. Aktualisasi Diri: Potensi diri tertinggi.

Dalam model ini, makanan (pangan) adalah fondasi utama yang harus dipenuhi sebelum manusia memikirkan hal lain.

Filosofi Jawa menempatkan pangan di akhir yakni Sandang, Papan, Pangan mengapa demikian, saya mencoba berpendapat sendiri.

Sandang :

Apa yang dimaksud dengan sandang di sini bukanlah hanya sekedar pakaian saja, namun lebih mendalam yakni Martabat / Kehormatannya, selayaknya fungsi pakaian Adalah menutup aurat manusia. Budaya Jawa memberikan perhatian khusus bahwa hidup tanpa martabat lebih buruk daripada hidup tanpa makanan. Seorang individu harus terlebih dahulu menjaga kehormatannya di mata masyarakat (dengan pakaian yang layak, sopan santun, dan etika) sebelum ia berhak mendapatkan pangan. Hal ini terlambang misalnya dengan berbagai macam corak batik dimana untuk setiap acara berbeda beda, hal itu bukan hanya untuk menghormati tamu namun lebih untuk menghormati dirinya sendiri.

Papan :

Papan bukan lagi sekadar rumah fisik, melainkan ruang aman dan stabil yang kita butuhkan untuk berkembang. Ini bisa berupa tempat tinggal yang nyaman, tetapi juga lingkungan kerja yang mendukung, komunitas yang positif, atau bahkan ruang pribadi di mana kita bisa berkreasi. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, memiliki "papan" yang stabil baik secara fisik maupun mental adalah kunci untuk menjaga keseimbangan. Kestabilan ini menjadi landasan untuk membangun karier, keluarga, dan impian kita.

Pangan

Makanan baru dicari setelah martabat dan stabilitas hidup terpenuhi. Pangan dalam filosofi ini bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk mempertahankan kehidupan yang sudah memiliki dasar moral dan sosial yang kuat.

Jika dilihat maka tampak perbedaan diantaranya

Perbedaan Prioritas

  • Filosofi Jawa: Menempatkan martabat (sandang) sebagai fondasi utama. Urutannya adalah sandang (harga diri), lalu papan (stabilitas), dan terakhir pangan (kelangsungan hidup). Ini mengutamakan nilai-nilai sosial dan kehormatan di atas kebutuhan fisik.

  • Hierarki Maslow: Menempatkan kebutuhan fisiologis (pangan) sebagai fondasi utama. Urutannya adalah kebutuhan fisik (makanan, air), lalu keamanan, sosial, penghargaan, hingga aktualisasi diri. Model ini berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar fisik sebelum individu bisa melangkah ke level yang lebih tinggi.

Perbedaan Cara Pandang terhadap Manusia

  • Filosofi Jawa: Memandang manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya (manungsa). Kemanusiaan seseorang diukur dari kemampuannya menjaga harga diri dan kehormatan, bukan hanya dari kemampuannya untuk bertahan hidup. Pakaian (sandang) adalah simbol pertama dari keberadaan yang bermartabat.

  • Hierarki Maslow: Memandang manusia dari sudut pandang biologis dan psikologis. Kebutuhan untuk bertahan hidup (fisiologis) adalah prioritas utama, dan motivasi manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi, dimulai dari yang paling dasar.

Secara sederhana, filosofi Jawa mengajarkan bahwa manusia harus memiliki martabat sebelum mencari makan, sementara teori Maslow berpendapat bahwa manusia harus makan terlebih dahulu sebelum bisa memikirkan hal lain seperti harga diri.

filosofi sandang, papan, pangan tetap relevan karena mengajarkan hierarki prioritas yang sangat bijaksana: bangunlah martabat diri (sandang), ciptakan lingkungan yang stabil (papan), dan barulah Anda bisa bekerja untuk memastikan kelangsungan hidup (pangan) dengan cara yang bermakna.

Selayaknya pengetahuan perbedaan keduanya bukanlah hal yang harus di bela mati matian, sebaliknya kita bersyukur bahwa banyak sekali "alat" kita dalam menjalani hidup, mari kita pilih saja mana yang terbaik untuk kita agar mudah dalam melihat dan menjalani hidup, ini Adalah pendapat pribadi saya saja bukanlah kebenaran.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun