dalam pejam mata cermin
ia tak berhenti mengkeramasi
helai angin
menyeruak bedak gincu
menggoncang nggoncangkan
anting dan liontin
lapisi kulit usia
meriasi kerutan
sisa dahaga muda
setumpuk ingin
di buih pelangi sabun wangi
serabut rambut emas nya
terbasuhi riuh
taburi silet di kening
kikisi kenang cumbuan nya
yang selalu di dahului gaduh
di salon nya
antrian panjang jiwa
menempelkan keluh
nama gelisah nya