Dibuangnya puntung sembarang. Rebah dalam kekalutan. Matanya memandang gelap malam yang kelam. Beberapa waktu berlalu, sampai di bawah sana terlihat asap tebal membunbung tinggi. Rumah-rumah orang rupanya terbakar. Riuh ramai orang-orang memadamkan api semakin jadi. Pono berlagak polos, tak tahu diri. Lalu menghembus pergi ke sana-sini.
Keesokan hari, ketika singgah di warung kopi, dilihatnya di televisi, berita pemukiman terbakar dini hari tadi, desas-desus didengarnya dari orang-orang, pemukiman kumuh pinggir kali itu dibakar orang tak dikenali. Kata orang-orang lagi, penduduk dipaksa mengungsi pergi ke rumah susun yang disiapkan oleh mereka yang punya kendali. Pono tak ingin mendengar lain lagi. Ia berlalu pergi.
Lelaki kurus itu berjalan dan terus berjalan tak tahu tujuan. Barangkali bagus juga singgah di hutan belantara yang tak tersentuh sesiapa. Di sana tak ada manusia. Manusia-manusia yang membelenggu dirinya. Manusia yang membuatnya sakit jiwa. Ia ingin malam cepat datang. Lelap dipeluk kelam dan terbuai abadinya kegelapan.
***
Cipayung, Desember 2020