Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Dia, Perempuan Itu, Samsara, Moksa

24 Juli 2016   00:00 Diperbarui: 24 Juli 2016   00:17 20 5
dia,
telah dituliskannya namanya pada pakta-pakta kaum lelaki yang dengan sengaja digantungkannya pada dahan-dahan kamboja
di tanah merah di kompleks pemakaman harapan-harapan yang menggembur di antara bau setanggi yang memabukkan
bunga yang telah mengering, mengiringi do'a-do'anya dalam pekik pendusta yang mendusin bersama berahi-berahi yang tiada henti kaum pendosa
sembari ditunjukkannya jari-jari telunjuknya yang mengarah ke langit, berulang-ulang; dia berteriak dengan suara yang tercekat pada ujung lidahnya

samsara!
samsara!  

dia,
tak memedulikan senyum yang mencibirnya; tak mementingkan takdir yang mendekapnya; tak pernah ingin mengingat-ingat dari rahim perempuan siapa yang telah melahirkannya
pun, dia tak pernah ingin menghitung bulir-bulir peluh yang menetes, satu, satu, dari tubuhnya yang dirasanya tak pernah tua
sedangkan pada punggungnya tertulis jampi-jampi tentang ratapan-ratapan penghuni kehidupan yang tak pernah kembali
padahal sesungguhnya dia ingin sesegera mungkin tulisan itu dihapuskan oleh tangan-tangan yang selama ini telah memenjarakan kehidupannya

duhai, hidup dan kehidupan!

dia,
pada matanya yang memutih, berseru pada catatan lusuh tentang perjalanannya yang tak pernah bisa dibacanya lagi
ada rasa sesal yang semakin membatu pada ulu hatinya; menyesali kelahiran-kelahiran yang tak pernah diinginkan ataupun diangankannya mungkin ada luka; entah berdarah, entah tidak; namun, dia tak tahu apakah dia memang benar-benar terluka; kerana, baginya luka atau tidak, tak penting
dia, mungkinkah telah mati rasa bersama rasanya yang memang telah mati yang terpatri pada stupa-stupa yang ditelan jaman?

dia,
perempuan itu
kisahnya tertutup oleh pertukaran-pertukaran peradaban yang hilang
peradaban yang banyak berkisah tentang awan
awan yang seharusnya kini terbang bersama rama-rama

: "samsara, samsara, samsara........"

dia,
perempuan itu, mendesis
lalu,
moksa

â–  sumur serambi sentul, 24/07/2016â– 
■ ©2016-arrie boediman la ede ■

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun