Membiarkan lelaki tua lelap hingga senja
Meninggalkan gulita
Ke dalamnya lelaki tua itu lelap lagi
Waktunya pulang ke rumah di mana ada tawa pun kehangatan
Menghapus segala lelah dan kepenatan
Ini adalah kemewahan yang tak boleh dilewatkan
Pada senja yang separuh kelabu
Aku memahami rindu
Meski tak sepenuhnya kutahu
Karena terkadang senja penuh tanda tanya nan sendu
Di bawah lembayung, lelaki tua termenung
Hasrat dan kerinduan berkejaran di cakrawala
Dininabobokan bintang-bintang
Berselimut desir angin dan kegelisahan
Hanya secangkir kopi teman setia lelaki tua
Menikmati sisa usia berteman kenangan
Nafasnya sebagai pengingat betapa harumnya aroma kopi
Ketika terdengar lantunan lagu muram yang menyayat hati
Membuatnya kehilangan suara untuk mengutuk hari yang terlewati
Karena sejatinya sang hari menyambutnya dalam tawa bahagia
Inginkan lelaki tua merasakan damai di usia senja tanpa tanda tanya
Tak perlu cermin untuk menatap wajah sendiri
Hanya demi memandang gurat-gurat sisa waktu yang mengiringi langkah perjalanan
Cukup dari bola mata mereka yang penuh perhatian
Hingga akhirnya teruntai diksi-diksi sebagai penanda hari yang telah menjelang malam dan lelaki tua itu berbisik pada Pemilik hari: Terima kasih
..
1 Oktober 2021
Puisi Kolaborasi: Pak Felix, Pak Katedra, Mas Indra, Mbak Ari, Mbak Nazar, dan Bu Aliz.