Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Pramuka, Hajar Fisiknya Hajar Mentalnya Jangan Psikisnya

14 Agustus 2020   10:06 Diperbarui: 14 Agustus 2020   10:15 60 3
Hari ini 14 Agustus, Selamat hari Pramuka....
Dulu 1961 pada hari ini ada peristiwa yang revolusioner. Saat itu kan banyaaaak sekali partai, juga golongan. Mereka masing-masing mempunyai gerakan kepemudaan atau kepanduan.

Untuk menyatukan Indonesia, semua gerakan kepemudaan itu oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX disatukan dalam Gerakan Praja Muda Karana.

Kalau sejarahnya sudah banyak diulas.

Saya tidak ingin bercerita tentang itu karena bukan kapasitas saya,kan. Saya ingin bercerita tentang ciri khas kepanduan kita di dalam Pramuka.

Saya juga pernah aktif di kepramukaan saat di SMA Puri .

Pramuka menempa Jiwa dan Raga. Penempaan mental dan fisik. Sesuai dengan amanat lagu kebangsaan kita dengan syair "Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya".

Metodologi modern yang dipakai untuk pendidikan pengembangan generasi muda di eropa saat ini dengan menciptakan suasana menyenangkan dalam setiap kegiatan.

Ya,
Pramuka mengajak untuk selalu senang di manapun, kapan pun dengan siapapun dan keadaan bagaimanapun.

di sini senang di sana senang, di mana mana hatiku senang

Menempa mental yang keras.....menempa fisik yang berat, semua tidak terasa saat dilakukan dalam metodologi Pramuka. Pendidikan terasa nyaman karena penuh humor, canda, senang dan ceria tanpa melepaskan etika. Maka dari itutidak ada bapak dan ibu tapi kakak pembina.

Tidak ada jarak antar semua karena dianggap saudara.

Ilmu dan kecakapan lain masuk dengan mudah karena gelombang otrak rileks, nyaman santai tanpa tekanan apapun.

Hasilnya.....Luar biasa...

Mungkin analogisnya saya dapat melihat di ceritw Dragon Ball saat Songoku dan Kuririn disiksa dengan latihan berat oleh Jin Kura-Kura. Latihan berat dan aneh dijalani dengan ceria penuh canda dan tawa.

Ciri khas Pramuka Indonesia juga dari atributnya selain metodologi tadi.

Atribut setangan leher dibedakan antara pria dan wanita. Pramuka indonesia tidak mengenal unisex. Semua diajarkan tapi untuk gender tetap dibedakan karena antara dua gender ini tidak ada yang lebih unggul melainkan saling mengisi.

Tidak ada di dalam gerakan kepanduan lain yang memakai metodologi ini, bahkan Lord Baden Powel pun lebih memilih metodologi militer untuk mengembangkan kepanduannya.

Sayangnya.....
sekarang Pramuka menjadi mirip militer dengan bentak membentak. Gender dibuat sama dengan ciri khas setangan leher yang disamakan.

Metode di sini senang di sana senang mulai luntur.

Bahkan kebanggaan terhadap Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendirikan Pramuka sudah luntur pula. Banyak tempat memajang foto Lord Baden Powel tapi melupakan Bapak Pramuka kita.

Mungkin mereka tidak tahu bahwa binaan Baden Powel lah yang meluluh lantakkan Surabaya di tahun 1945. Kalau saja tau, pasti tidak akan memasang foto itu ya .

Kalau ada orang yang menganggao remeh Pramuka, pasti tidak memahami arti sesungguhnya nilai kepramukaan. Guru bangsa kita Gus Dur mengatakan bahwa krisis multidimensi yang sedang dihadapi bangsa disebabkan masih belum ditrerapkannya nilai kepramukaan.

Mari kembali ke Pramuka yang di sini senang di sana senang yuk.......

Berfoto dengan Seragam PKK....tapi hati dan pikiran...mental dan fisik saya tetap Pramuka.

Jayalah Tunas Kelapa!!
Satya ku kudarmakan
Darma ku kubaktikan
Agar jaya Indonesia!!

#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #character #womaninwork #writing #writer #female #woman #scout #pramuka

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun